Reporter: Christine Novita Nababan |
JAKARTA. Proyek-proyek infrastruktur sepertinya mempunyai magnet tersendiri bagi HSBC Indonesia. Lihat saja, bank asing kelas kakap ini tertarik untuk meningkatkan portofolio kredit di proyek tersebut. Tidak hanya yang proyek pemerintah, juga proyek infrastruktur swasta.
Untuk merealisasikan rencana tersebut, Nick Gandolfo, SVP Leading International Business HSBC, menjelaskan akan mempelajari seluk-beluk bisnis kredit infrastruktur dengan sejumlah rekan ahli di Hong Kong. "Peluang bisnisnya menjanjikan, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup positif," ujarnya, kemarin.
Menurut Nick, aktivitas usaha ini merangsang pertumbuhan ekonomi, di samping untuk pemenuhan kebutuhan pembangunan. Jangka waktu kredit yang panjang tak menjadi masalah buat HSBC.
Amanda Murphy, Senior Executive Head of Corporate Banking HSBC, menjelaskan selama ini, porsi kredit infrastruktur masih mini. Karena itu, bakal lebih dikembangkan lagi tahun ini. "Selain infrastruktur, kami juga akan meningkatkan kredit konstruksi, disain, dan trade finance," terang dia.
Amanda mengklaim, HSBC merajai pasar trade finance di Indonesia. Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) tersebut mengaku melayani transaksi letter of credit (L/C) ekspor dan impor, bank garansi, termasuk remitansi. Di layanan ini, HSBC menjalin kerja sama dengan berbagai negara, seperti Turki, Arab Saudi, Mesir, Jepang, dan China.
Berdasarkan laporan keuangan ke Bank Indonesia per 31 Desember 2012, aset HSBC Indonesia tercatat Rp 64,52 triliun. Sebanyak Rp 39,25 triliun di antaranya mengalir ke kredit dan pembiayaan syariah. Dana pihak ketiga menembus Rp 43,32 triliun. Laba senilai Rp 1,26 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News