Reporter: Mona Tobing |
JAKARTA. Sepekan setelah penerapan aturan baru soal uang muka kredit kendaraan bermotor (KKB) di perusahaan pembiayaan, pelaku industri mulai mengeluh. Kewajiban uang muka atau down payment (DP) sebesar 20%-25% dari harga kendaraan mengakibatkan bisnis multifinance lesu bak orang kekurangan darah. Penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor semakin menyusut.
Frengkie Natawijaya, Direktur Utama CIMB Niaga Auto Finance (CNAF), mengatakan penyaluran pembiayaan sepeda motor di CNAF melorot drastis pasca aturan DP berlaku 15 Juni 2012. "Aplikasi kredit lebih sepi, anjlok 50% dibandingkan hari-hari sebelum aturan itu berlaku," kata Frengkie, Kamis (21/6).
Menurut Frangkie, pembiayaan sepeda motor pasti terimbas paling besar karena aturan DP. Soalnya, peminat kredit sepeda motor adalah kalangan menengah ke bawah yang belum siap menyiapkan uang muka 20%.
Karena bisnis pembiayaan sepeda motor melorot tajam, manajemen CNAF merevisi target bisnis. Awal tahun, manajemen manargetkan pembiayaan sepeda motor sebesar Rp 1,2 triliun, kini jumlah itu turun menjadi Rp 700 miliar. Di pembiayaan mobil pun turun dari Rp 10 triliun menjadi Rp 8 triliun.
"Kami juga mengkaji membuat layanan syariah agar pembiayaan tetap tumbuh," kata Frengkie. Ini mengingat, pembiayaan syariah terbebas dari ketentuan DP.
BCA Finance yang fokus di pembiayaan mobil juga bernasib sama. Roni Haslim, Direktur Utama BCA Finance, mengaku bisnis pembiayaan mobil baru dan bekasnya turun hingga 10%. Sayang, Roni enggan menyebut nilai pembiayaan itu. "Sejak regulasi baru, nasabah semakin sepi," terang Roni.
Namun, Roni yakin, lesunya pembiayaan hanya berlangsung sementara. Pembiayaan bakal meningkat seiring masuknya bulan puasa atau menjelang Idul Fitri. Biasanya, nasabah baru banyak yang berdatangan pada periode itu demi menyambut lebaran. Hingga Mei 2012, pembiayaan BCA Finance mencapai Rp 10 triliun, tumbuh 30% ketimbang periode sama tahun lalu.
Alat berat
Cornelius Henry, Direktur BFI Finance, mengaku sejak peraturan DP berlaku, permintaan pembiayaan mobil di perusahaannya terus berkurang. "Penurunan sangat jelas terjadi, tapi kami belum bisa memastikan seberapa besarnya," kata Cornelius.
Namun, ia memastikan, lesunya pembiayaan mobil bakal mempengaruhi target perusahaan. Nah, untuk mencegah hal itu, manajemen bakal menggenjot pembiayaan alat berat yang saat ini sedang tumbuh.
Kontribusi pembiayaan alat berat bakal meningkat dari 15% menjadi 18%. "Target pembiayaan keseluruhan Rp 7 triliun, alat berat menyumbang Rp 1 triliun," ujar Cornelius. Memperbesar alat berat juga didorong pertumbuhan bisnis di Sulawesi yang setahun terakhir cukup tinggi.
Cornelius menyebut kan, kontribusi pembiayaan alat berat di Sulawesi secara nasional mencapai 30%, sama dengan di pulau Jawa. BFI Finance membiayai alat berat bermerek Hitachi, Komatsu, dan Catapilar. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News