Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gerak pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan terus melamban. Tekanan ekonomi hingga peralihan instrumen investasi disinyalir jadi penyebabnya.
Data Bank Indonesia (BI) per April 2025 menunjukkan, DPK perbankan hanya tumbuh 4,4 secara tahunan (YoY) yakni Rp 8.741,5 triliun. Angka ini berangsur menurun sejak awal tahun yang mampu tumbuh 5,3% YoY.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, lesunya pertumbuhan DPK ini disebabkan dua faktor. Pertama, simpanan nasabah perorangan terus tergerus seiring maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pelemahan daya beli. Alhasil, dana tabungan masyarakat kian menipis.
Kedua, Bhima menyoroti giatnya pemerintah untuk menerbitkan surat utang. Sementara rata-rata bunga deposito perbankan di rentang 3% hingga 4%, Bhima mencontohkan, surat utang pemerintah justru menawarkan bunga di atas 6%.
“Jadi ada selisih gap bunga yang cukup lebar, yang membuat lebih menarik bagi para deposan,” terang Bhima saat dihubungi Kontan, Rabu (19/6).
Baca Juga: Dana Kelolaan Nasabah Kaya Tumbuh Dua Digit Saat Dana Pihak Ketiga Melandai
Peralihan ini dapat dilihat pada data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di bulan April 2025 yang menunjukkan, jumlah investor pasar modal, reksa dana, saham, dan surat berharga lainnya naik 26% YoY mencapai 39,7 juta investor. Padahal di bulan sama tahun sebelumnya, jumlah investor masih sebesar 31,5 juta.
Bila hal ini terus terjadi, likuiditas bank menurut Bhima bakal semakin cekak sehingga bank bakal cenderung berhati-hati untuk menyalurkan kredit. “Undisbursed loan juga akan naik, jadi performa pertumbuhan kreditnya juga akan melambat ke depannya,” taksir Bhima.
Sinyal perlambatan pertumbuhan kredit ini mulai tampak pada data kredit perbankan secara industri. Berdasarkan data BI per April 2025, total kredit yang disalurkan hanya tumbuh 8,5% YoY setelah sebelumnya tumbuh 8,7% YoY di bulan Maret 2025. Perkembangan ini lebih kecil dibanding bulan Januari yang mampu tumbuh 9,6% YoY.
Kendati demikian, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) nampaknya belum merasakan perlambatan laju DPK. Pasalnya, bank swasta terbesar Tanah Air ini masih mencatat peningkatan DPK 5,56% YoY di bulan Mei 2025 sebesar Rp 1.115 triliun.
Baca Juga: Dana Pihak Ketiga Nasabah Perorangan Tergerus, Laba Bank bisa Menurun
Di bulan sebelumnya, DPK BCA tumbuh 4,38% YoY dan bila ditarik sejak Januari, DPK BCA tumbuh 3,9% YoY.
Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengatakan, pertumbuhan ini terdorong oleh dana murah atau current account dan saving account (CASA).
Di periode tersebut, dana murah BCA mencakup sekitar 83% dari total DPK, yakni Rp 961 triliun atau tumbuh 7,3% YoY.
Pertumbuhan dana murah ini kata Hera seiring dengan peningkatan transaksi dan basis nasabah BCA yang terus meluas. Hingga Maret 2025 saja, total frekuensi transaksi di BCA tumbuh 19% YoY mencapai 9,9 miliar.
Hal ini kata Hera tak terlepas dari berbagai inovasi dan perluasan integrasi layanan transaksi baik online maupun offline (hybrid banking) yang terus dilakukan BCA.
“Secara bersamaan, BCA senantiasa mengembangkan berbagai channel layanan di seluruh touch point untuk menjawab kebutuhan nasabah yang semakin beragam,” kata Hera.
Baca Juga: Dana Pihak Ketiga Kembali Tumbuh Melambat pada Maret 2025, Sinyal Likuiditas Mengetat
Ke depan, Hera memandang kondisi DPK BCA akan terus menghasilkan tren pertumbuhan positif.
Hal serupa juga dicatatkan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN). Melansir laporan keuangannya per April 2025, BTN masih membukukan pertumbuhan DPK sebesar 8,61% YoY, yakni mencapai Rp 389 triliun. Angka ini hanya menurun tipis dari posisi pertumbuhan 8,77% YoY di bulan Januari 2025.
Kendati demikian, Kepala Divisi Retail Funding BTN, Frengky Rosadrian tak menampik adanya perlambatan pertumbuhan DPK secara industri. Ia berpendapat, ada peningkatan kebutuhan konsumsi rumah tangga, khususnya saat momen Hari Raya.
Meski begitu, BTN kata Frengky masih mencatat pertumbuhan DPK perorangan sebesar 10% pada bulan Mei 2025. Angka ini ia bandingkan dengan posisi pada bulan Januari 2025.
“Masih terdapat pertumbuhan untuk produk deposito, khususnya deposito dari segmen prioritas,” terang Frengky.
Untuk mendorong pertumbuhannya, BTN kata Frengky terus melakukan optimalisasi pengelolaan ekosistem perumahan dan akuisisi nasabah payroll.
Selain itu, BTN juga terus menambah diversifikasi kepemilikan produk nasabah eksisting dan mengembangkan layanan digital.
“Peningkatan akuisisi nasabah segmen prioritas dan Prospera juga diharapkan dapat menjadi penggerak DPK di tengah perlambatan yang terjadi,” pungkas Frengky.
Baca Juga: Sejumlah Bank Besar Pacu Transaksi Demi Jaring Dana Pihak Ketiga
Selanjutnya: Transcoal Pacific (TCPI) Tebar Dividen Rp 25 miliar dan Rombak Jajaran Direksi
Menarik Dibaca: Teaser Trailer Film Panggil Aku Ayah Dirilis, Tayang di Bioskop Mulai 7 Agustus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News