kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -16.000   -0,82%
  • USD/IDR 16.305   13,00   0,08%
  • IDX 7.071   26,13   0,37%
  • KOMPAS100 1.029   6,30   0,62%
  • LQ45 797   1,70   0,21%
  • ISSI 227   2,89   1,29%
  • IDX30 416   0,03   0,01%
  • IDXHIDIV20 490   -1,38   -0,28%
  • IDX80 116   0,64   0,55%
  • IDXV30 119   1,09   0,92%
  • IDXQ30 135   -0,72   -0,53%

Dana Pihak Ketiga Nasabah Perorangan Tergerus, Laba Bank bisa Menurun


Senin, 02 Juni 2025 / 23:46 WIB
Dana Pihak Ketiga Nasabah Perorangan Tergerus, Laba Bank bisa Menurun
ILUSTRASI. Simpanan nasabah perorangan di perbankan terus tergerus. Pengamat menilai badai pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai penyebabnya.. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Simpanan nasabah perorangan di perbankan terus tergerus. Pengamat menilai badai pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai penyebabnya.

Melansir data terbaru Bank Indonesia (BI), Dana Pihak Ketiga (DPK) nasabah perorangan pada bulan April 2025 sebesar Rp 4.084,5 triliun. Angka ini lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya yang tumbuh 1,1% YoY.

Penurunan terbesar berasal dari simpanan giro yang turun sebesar 37,1% YoY menjadi Rp 117,9 triliun. Pada bulan sebelumnya lebih merosot 45,1% YoY.

Lalu, disusul simpanan berjangka yang turun 2,8% YoY menjadi Rp 1.416,9 triliun. Bulan Maret pun angkanya masih susut 1,3% YoY.

Baca Juga: DPK Perorangan Alami Stagnasi, Masyarakat Masih Memilih Makan Tabungan

Namun, segmen tabungan tampak masih mencatatkan pertumbuhan, yakni sebesar 4,5% menjadi Rp 2.549,8 triliun. Kendati begitu, pertumbuhan ini lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya yang mampu tumbuh 6,3% YoY.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, pendapatan masyarakat yang tertekan seiring masifnya pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat masyarakat memilih opsi untuk makan tabungan.

Karena terus mengikis tabungan, lanjut Bhima, masyarakat kini mulai kehabisan dana darurat untuk menambal biaya hidup.

“Bayangkan kalau gelombang PHK makin masif, berapa banyak yang langsung jatuh miskin karena tabungan tergerus?” ujar Bhima saat dihubungi Kontan, Senin (6/2).

Selain itu, Bhima juga menyoroti korelasi antara fenomena ini dengan deflasi yang tengah terjadi. Sebab menurutnya, makin rendah pertumbuhan tabungan, maka permintaan konsumsi yang mampu mengerek kenaikan harga jadi ikut melambat. “Deflasi Mei karena demand pull inflation-nya rendah,” terang Bhima.

Bila tren ini terus berlanjut, likuiditas perbankan kata Bhima bakal terus mengetat. Padahal, tantangan pengetatan likuiditas ini masih menghantui perbankan hingga saat ini. 

Baca Juga: Laju DPK Bank Ditopang Nasabah Tajir dan Korporasi

Ketika likuiditas terbatas, efek dominonya menurut Bhima bank bakal sulit menurunkan suku bunga demi mempertahankan margin keuntungan. Dengan begitu, bank akan selektif menyalurkan kredit sehingga pertumbuhan penyalurannya bisa melambat.

Hal ini kemudian dapat berimbas pada penurunan laba bank.

Untuk menghindari ini, Bhima menyarankan bank untuk sedapat mungkin menekan beban biaya administrasi simpanan. Selain itu, bank juga menurutnya perlu untuk menggencarkan promosi melalui kerja sama dengan platform e-commerce.

"Dari pemerintah kuncinya di pembukaan lapangan kerja hingga perbesar stimulus ke kelas menengah," pungkas Bhima.

Selanjutnya: JIO Investasi Rp20 Miliar untuk Produksi Lokal SUV Tangguh BAIC BJ40 Plus

Menarik Dibaca: Pasar Saham dan Obligasi Hancur, Robert Kiyosaki Bilang Orang Rame-Rame Beli Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×