kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Lampaui Pertumbuhan Pendapatan Bunga, Bank Besar Andalkan Kinerja Fee Based Income


Jumat, 02 Februari 2024 / 19:17 WIB
Lampaui Pertumbuhan Pendapatan Bunga, Bank Besar Andalkan Kinerja Fee Based Income
ILUSTRASI. Pencapaian kinerja laba bersih yang impresif dari bank-bank besar tidak terlepas dari kontribusi pendapatan non bunga. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencapaian kinerja laba bersih yang impresif dari bank-bank besar tidak terlepas dari kontribusi pendapatan non bunga yang salah satunya berasal dari biaya dan komisi atau fee based income. 

Bahkan mayoritas bank besar milik pemerintah (Himbara) mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan bunga bersih.

Dari deretan bank besar yang telah merilis laporan keuangannya untuk tahun buku 2023, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi jawara dengan pendapatan non bunga terbesar mencapai Rp 48,1 triliun, atau tumbuh 17,3% secara tahunan (year on year/yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan bunga bersih BRI yang hanya 8,5% pada tahun lalu.

Pendapatan non bunga BRI mayoritas disokong oleh fee based income yang tercatat sebesar Rp 20,74 triliun atau tumbuh 10,3%.

Baca Juga: Laba BSI (BRIS) Melesat 33,88% di 2023, Dirut BSI Ungkap Pendorongnya

Direktur utama BRI Sunarso mengatakan hal tersebut tidak terlepas dari keberhasilan transformasi digital super Apps BRImo yang telah digunakan oleh 31,6 juta users dengan volume transaksi mencapai Rp 4.158 triliun atau tumbuh 55,8% yoy per Desember 2023.

"Transformasi digital untuk memberikan dan menjangkau nasabah dengan lebih luas juga dilakukan dengan adanya AgenBRILink yang berkontribusi memberikan fee-based income kepada BRI senilai Rp 1,5 triliun di sepanjang tahun 2023," kata Sunarso.

BRI setidaknya telah memiliki lebih dari 740.000 AgenBRILink dengan volume transaksi mencapai sebesar Rp 1.427 triliun.

Posisi kedua ditempati oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan pendapatan non bunga mencapai Rp 40,64 triliun atau tumbuh 15,5%, lebih tinggi dari pertumbuhan bunga bersih yang hanya 9,1% pada tahun lalu.

Pendapatan non bunga Bank Mandiri salah satunya ditopang oleh fee based income yang menyumbang Rp16 triliun atau tumbuh 11,1%. Fee based income berbasis biaya deposit dan transaksi remitansi memberikan kontribusi terbesar yang tumbuh 9,51% menjadi Rp 4 triliun, dan pendapatan dari transaksi e-channel yang melonjak 14,9% menjadi Rp3,86 triliun. 

Pencapaian tersebut didukung oleh Super Apps Livin’ by Mandiri yang mampu melayani lebih dari 2,8 miliar transaksi sepanjang tahun 2023. Nilai transaksi Livin’ by Mandiri selama tahun 2023 telah menembus lebih dari Rp 3.271 triliun, melesat 32,32% dari periode tahun sebelumnya.

Pada periode yang sama, Wholesale Digital Super Platform Kopra by Mandiri, telah berhasil mengelola Rp 19.100 triliun transaksi. Platform digital super lengkap ini dapat melayani berbagai kebutuhan transaksi di manapun dan kapanpun, untuk berbagai segmen nasabah, mulai dari nasabah korporasi hingga nasabah SME.

“Kami secara spesifik terus meningkatkan fungsi dan manfaat Livin’ dan Kopra by Mandiri sebagai solusi yang dapat memenuhi segala macam kebutuhan nasabah, baik secara finansial maupun non finansial,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi.

Selanjutnya di posisi ketiga ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga sebesar 6,6% menjadi Rp 21,47 triliun. Jika dibandingkan, pendapatan bunga bersih BNI justru terkoreksi tipis 0,1% di tahun lalu. 

Pendapatan non bunga BNI berasal dari fee based income  berbasis komisi dari segmen konsumer tercatat naik tipis 0,5% menjadi Rp 6,96 triliun, yang utamanya ditopang oleh pendapatan dari layanan account maintenance sebesar Rp2,22 triliun atau tumbuh 3%, disusul oleh biaya bisnis kartu dan bancassurance meningkat 0,4% menjadi Rp 2,16 triliun. Adapun fee based income dari ATM dan e-chennel berkontribusi Rp1,29 triliun.

Sedangkan pendapatan non bunga BNI dari business banking berkontribusi Rp 7,49 triliun, ditopang dari komisi investasi saham, kustodi, dan lainnya sebesar Rp 2,68 triliun.

Baca Juga: BTN Memproyeksi Sektor Properti Tumbuh Cerah Tahun 2024

"Agenda kami ke depan adalah memperluas digitalisasi pada proses bisnis, pengembangan platform transaction banking yang lebih advanced, transformasi cabang, yang memungkinkan BNI memiliki proposisi nilai (value proposition) dan customer engagement yang unggul," kata Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat pendapatan non bunga sebesar Rp 23,9 triliun atau tumbuh 5,5%. Namun pertumbuhan pendapatan bunga bersih BCA masih lebih tinggi yakni tumbuh 19,4% pada 2023.

Adapun pendapatan non bunga BCA mayoritas berasal dari kontribusi fee based income sebesar Rp 22,3 triliun yang tumbuh 3,4%.

Perolehan pendapatan FBI tersebut ditopang oleh layanan kanal digital, dimana total volume transaksi yang diproses BCA naik 25,1% YoY mencapai 30,1 miliar transaksi. Kanal mobile banking mencatat kenaikan volume transaksi tertinggi, naik 41,6% YoY.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya terus melakukan investasi secara berkesinambungan untuk memperkuat ekosistem hybrid banking, dari kanal mobile dan internet banking, point of sales, kantor cabang, ATM, hingga contact center. 

"BCA optimistis melangkah secara pruden di 2024. Kami terus memperluas ekosistem transaksi, serta berinovasi untuk menyediakan platform perbankan yang aman dan handal bagi nasabah,” kata Jahja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×