Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat permasalahan likuiditas belum mendapatkan beres, perbankan justru mencatat adanya tren penurunan suku bunga simpanan. Di mana, itu bisa berdampak pada penurunan daya tarik masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank.
Jika mengacu pada data Bank Indonesia (BI), suku bunga simpanan perbankan memang menunjukkan tren menurun untuk beberapa tenor. Ambil contoh, untuk tenor 12 bulan, bunga simpanan di Maret 2025 ada di level 5,07%, dari posisi Desember 2024 yang berada di level 5,17%.
Mengutip asesmen transmisi suku bunga BI disebutkan bahwa kondisi tersebut mencerminkan transmisi penurunan suku bunga kebijakan BI-Rate terhadap suku bunga dana. Prediksinya, prospek penurunan suku bunga dana diperkirakan berlanjut sejalan dengan ekspektasi penurunan suku bunga global.
Baca Juga: Sektor Konstruksi Hambat Pertumbuhan Kredit Perbankan
Sejalan dengan itu, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa memang ada tren penurunan suku bunga simpanan yang menurutnya signifikan. Di mana, itu Purbaya lihat selama periode Desember 2024 menuju Maret 2025.
Ia bercerita pada akhir 2024 sempat khawatir persaingan likuidita dengan bunga simpanan yang terus tinggi. Kala itu, ia melihat rata-rata bunga simpanan perbankan sudah di atas tingkat bunga penjaminan LPS yang mencapai 4,25%.
Untungnya, ia memantau bahwa itu terus menurun di bulan-bulan berikutnya. Sebab, berdasarkan datanya, rata-rata bunga simpanan sudah menurun di bawah tingkat bunga penjaminan, kurang lebih 13 basis poin (bps).
“Meski persaingan selalu ada tetapi tidak seketat yang sebelumnya agak mengkhawatirkan,” ujar Purbaya, belum lama ini.
Sementara itu, Deputi Gubernur Juda Agung pun mengungkapkan bahwa sejatinya likuiditas hanya terjadi di beberapa bank. Hanya saja, Juda juga melihat ada usaha dari bank-bank itu tidak hanya mengandalkan DPK namun juga mencari sumber pendanaan lain.
“Mereka bisa ambil dana dari non DPK dan kami lihat memang ada beberapa peningkatan di situ,” ujar Juda.
Baca Juga: Bank Mandiri Salurkan KUR Rp 12,8 Triliun per Maret 2025
EVP Corporate Communication and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn pun mengungkapkan dalam menentukan suku bunga simpanan, BCA mencermati perkembangan suku bunga acuan ke depan. Termasuk, melihat parameter makroekonomi lain, kondisi likuiditas sektor perbankan, dan situasi pasar mencakup permintaan dan penawaran yang ada.
Per 14 Februari 2025, Hera menyampaikan suku bunga deposito rupiah BCA bervariasi di kisaran 2% hingga 3,25%. Di mana, BCA sudah sempat menurunkan bunga deposito pada 1 Oktober 2024 yang lalu.
“BCA mencermati perkembangan suku bunga Bank Indonesia, dinamika makroekonomi, dan kondisi likuiditas sektor perbankan dalam menentukan kebijakan suku bunga ke depan,” ujar Hera.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi menambahkan bahwa memang kondisi likuiditas perlu menjadi perhatian. Di mana, pertumbuhan simpanan nasabah secara industri juga masih tumbuh single digit, dari tahun-tahun sebelumnya yang sempat double digit.
Baca Juga: Cermati 3 Catatan Analis Berikut, Usai Laba Bank Jago Meroket 178%
Lebih lanjut, ia bilang Citi memproyeksikan AS bakal memangkas suku bunga acuannya lima kali di tahun ini, mulai bulan Juni. Oleh karenanya, akan ada implikasi pada tingkat suku bunga di Indonesia.
“Maka pertumbuhan dana pihak ketiga tetap harus diwaspadai.” ujar Batara.
Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan memiliki pandangan lain bahwa sejatinya persaingan likuiditas di lapangan masih cukup ketat. Alhasil, Lani lebih memilih untu mempertahankan bunga simpanan saat ini.
“Masih ketat. Kita bisa lihat dari rata-rata Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi,” ujar Lani.
Selanjutnya: Survei CNN: Approval Rate Donald Trump Turun ke 41%, Terendah Sejak Era Eisenhower
Menarik Dibaca: Promo Hokben Exclusive Deals dengan Bank hingga 30 April, Ada Diskon 100%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News