kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Likuiditas masih seret, bank aktif transaksi di pasar uang antar bank (PUAB)


Senin, 26 Agustus 2019 / 17:30 WIB
Likuiditas masih seret, bank aktif transaksi di pasar uang antar bank (PUAB)
ILUSTRASI. Layanan nasabah BNI


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi pasar uang antar bank (PUAB) perbankan terpantau masih aktif. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan likuiditas perbankan masih cukup besar. Bank Indonesia (BI) mencatat rata-rata harian volume PUAB sampai dengan Juli 2019 mencapai Rp 18,96 triliun. Hal ini menurut BI mengarahkan volatilitas suku bunga PUAB overnight tetap rendah.

Adapun, suku bunga PUAB overnight sebagai sasaran operasional kebijakan moneter terjaga di kisaran level suku bunga kebijakan sebesar 5,75% pada Juli 2019.

Baca Juga: BTPN targetkan bisa naik kelas menjadi bank BUKU IV pada 2023 tanpa aksi anorganik

Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id memang mengaku transaksi PUAB cukup kencang sampai paruh pertama. Direktur Tresuri dan Internasional Banking PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Rico Rizal Budidarmo menjelaskan transaksi PUAB perseroan ada di kisaran Rp 2 triliun untuk posisi placing dan borrowing.

Adapun, transaksi tersebut didominasi tenor overnight hingga 2 minggu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek perseroan. "Selain PUAB, BNI juga memanfaatkan fasilitas term repo BI untuk likuiditas jangka pendek," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/8).

Saat ini kebutuhan likuiditas BNI cenderung meningkat karena pertumbuhan kredit memang masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Pun, adanya penurunan suku bunga acuan yang diikuti oleh penyediaan likuiditas oleh BI diprediksi bakal berdampak pada semakin aktifnya transaksi PUAB oleh pelaku pasar.

Baca Juga: Sanggah kabar lego Bank Permata, Astra Internasional (ASII) fokus perbaiki kinerja

Senada, Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha juga mengatakan rata-rata transaksi PUAB cukup tinggi yakni Rp 500 miliar sampai Rp 700 miliar dalam satu minggu. Sementara total portofolio bank bersandi saham BJTM saat ini mencapai Rp 3 triliun hingga Rp 3,5 triliun.

"Untuk transaksi PUAB di Bank Jatim masih cukup aktif masuk dan berkonsentrasi akan kebutuhan likuiditas," terangnya.

Nah, mengenai tren penurunan suku bunga yang mulai bergulir, Ferdian memprediksi hal tersebut bakal mempengaruhi jangka waktu permintaan perbankan di PUAB terutama pada tenor di bawah satu bulan.

Setali tiga uang, Direktur Utama PT Bank BRI Agroniaga Tbk (BRI Agro) Agus Noorsanto menyebut rata-rata transaksi harian perseroan mencapai Rp 300 miliar. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus berlanjut atau bertambah di paruh kedua 2019.

Baca Juga: Platform Jenius menyumbang 5% bagi DPK Bank BTPN

Sejalan dengan permintaan kredit yang masih tinggi, namun tidak dibarengi dengan pertumbuhan DPK. "BI juga menjaga likuiditas perbankan melalui operasi moneter dua sisi (ekspansi dan konstraksi) secara bersamaan untuk menjamin likuiditas pasar terjaga," terang Agus.

Alih-alih untuk memperkuat likuiditas, perseroan juga berniat melakukan aksi korporasi berupa rights issue di bulan September 2019 senilai Rp 700 miliar. Selain untuk memperkuat modal, dana tersebut juga bakal dipakai untuk menambah likuditas perseroan.

Menurutnya, walau tren penurunan suku bunga bakal berpengaruh pada tingkat suku bunga transaksional PUAB, dari jumlah volume dipastikan masih akan tetap tinggi. "Volume PUAB terutama, sangat dipengaruhi oleh ekses likuiditas perbankan," lanjutnya.

Baca Juga: BRI gelar literasi keuangan bagi pekerja migran di Taipei

Sedikit berbeda, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) justru menilai secara rata-rata harian volume PUAB perseroan tidak mengalami kenaikan, sampai dengan semester I 2019. Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra berpendapat, hal itu dikarenakan likuiditas perseroan masih cukup dan terjaga secara regular.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×