kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Likuiditas Memadai, OJK Yakin Perbankan Bisa Penuhi Kenaikan GWM


Kamis, 26 Mei 2022 / 15:26 WIB
Likuiditas Memadai, OJK Yakin Perbankan Bisa Penuhi Kenaikan GWM
ILUSTRASI. OJK menilai perbankan dapat memenuhi kenaikan GWM secara bertahap tahun ini. Terlebih, kondisi likuditas perbankan masih memadai.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan menaikkan giro wajib minimum (GWM) di tahun ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perbankan dapat memenuhi kenaikan GWM secara bertahap pada tahun ini. Terlebih, kondisi likuditas perbankan masih memadai.

"Hal ini masih memadai untuk menyalurkan kredit dalam rangka melanjutkan momentum pemulihan ekonomi," kata Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo dalam keterangan resmi, Rabu (25/5).

Saat ini, likuiditas perbankan berada pada level yang memadai. Rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK per April 2022 masing-masing pada level 131,21 % dan 29,38%, di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.

Bahkan rasio permodalan perbankan (CAR) mencapai 24,32% per April 2022. Ke depan, OJK akan terus memperkuat koordinasi untuk menjaga stabilitas keuangan, khususnya dalam mengantisipasi risiko akibat inflasi global dan pengetataan kebijakan bank sentral dunia.

Di tengah kenaikan GWM, perbankan optimistis penyaluran kredit masih terjaga. PT CIMB Niaga Tbk misalnya, masih memasang target kredit yang sama karena likuiditas yang berlimpah.

Tahun ini bank swasta terbesar kedua di Indonesia ini menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 6% - 8%. Khusus untuk KPR, KKB dan kredit UMKM, CIMB Niaga pasang target pertumbuhan lebih tinggi yaitu dua digit.

Baca Juga: BI: Suku Bunga Perbankan dan Risiko Kredit Terus Turun di April

Tak hanya itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan juga mengatakan, pihaknya belum berencana menaikan suku bunga kredit walau GWM naik. Saat itu, CIMB Niaga masih melihat perkembangan biaya dana (COF).

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sudah melakukan identifikasi serta simulasi secara dini terkait dampak kebijakan tersebut. Setelah diidentifikasi, dampaknya diperkirakan tidak terlalu besar terhadap kinerja perusahaan.

Namun secara finansial akan berdampak pada pendapatan bunga. Direktur Keuangan BNI Novita Anggraeni berkata, akan adanya pergeseran instrumen aset dari sebelumnya ditempat pada aset produktif seperti money market.

"Akan di-switch ke giro di Bank Indonesia (BI) dengan imbal hasil yang sedikit lebih rendah," kata Novita.

Meski demikian, BNI tidak akan mengubah rencana yang ditetapkan tahun ini, termasuk target kredit. Oleh karena itu, BNI mendukung kebijakan BI untuk memitigasi risiko inflasi serta normalisasi moneter.

Tak berbeda, PT Bank Ina Perdana Tbk juga masih mempertahankan target kredit 20% - 30% pada 2022. Dalam waktu dekat, bankĀ  juga belum berencana menaikkan suku bunga kredit maupun bunga deposito.

Direktur Utama Daniel Budirahayu menilai dampak kenaikan GWM akan mengurangi jumlah uang yang beredar di perbankan. Namun kebijakan tersebut diperkirakan tidak mengganggu likuiditas perbankan.

Sebab, menurut Daniel, rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) masih tergolong rendah. Efeknya, hanya terhadap kenaikan biaya dana yang dikumpulkan bank (cost of money).

Baca Juga: Kredit dan DPK Tumbuh Tinggi, OJK Beberkan Kondisi Perbankan di April 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×