kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Likuiditas valas di perbankan masih aman


Kamis, 12 September 2013 / 09:27 WIB
Likuiditas valas di perbankan masih aman
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di salah satu atm bank di Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/.


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. Pasokan valuta asing (valas) di pasar tampak kian ketat. Apalagi, nilai tukar rupiah tak juga bangkit dari keterpurukannya. Likuiditas valas di perbankan pun terancam kering.

Bank Indonesia (BI) memang telah menerbitkan pelbagai kebijakan demi menjaga likuiditas baik rupiah maupun valas. Yang terbaru, BI memperpendek jangka waktu minimum kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari 6 bulan menjadi 1 bulan untuk memperkuat pengelolaan likuiditas. Bulan lalu, BI memperluas jangka waktu term deposit valas menjadi satu hari hingga 12 bulan untuk memudahkan bank mengelola ekses likuiditas valas.

Ekonom Standart Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan pasokan valas di pasar saat ini terbilang kering. Padahal, kebutuhan valas untuk kegiatan ekspor-impor cukup besar. Sejatinya, kata Fauzi, likuiditas valas di perbankan mencukupi. Namun, peredaran valas minim lantaran pemilik dollar tidak mau menjual valas mereka.

Harus diakui, likuiditas valas di perbankan memang masih terjaga. BI mencatat, dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan per Juli 2013 mencapai Rp 525,7 triliun, naik 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Maklum, bank memang telah mengantisipasi dengan memupuk pasokan valas untuk menjaga likuiditas. Para bankir memperkirakan, nilai tukar rupiah ke depan masih akan melemah. Sehingga,  peredaran valas terbatas Alhasil, bank harus berebut mencari sumber dana valas.

Likuiditas surplus

Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Achmad Baequni menuturkan BRI sudah mengantisipasi pengetatan likuiditas valas dengan menerbitkan obligasi valas atau global bond senilai US$ 500 juta berjangka 5 tahun pada awal tahun ini. Melalui instrumen itu,  rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposito (LDR) valas di BRI meenjadi 70%.

Selain membidik valas melalui deposito valas, Baequni mengatakan,  BRI membatasi penyaluran kredit valas sebesar 12%-13% dari total kredit BRI. "Supaya likuiditas valas tidak ketat," kata Baequni.

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menyampaikan DPK valas BCA sudah cukup, sehingga tidak melakukan pinjaman dari luar negeri. BCA membukukan DPK valas sebesar US$ 3 miliar. Sekitar US$ 1,6 miliar - US$ 2 miliar mengalir ke kredit valas. "Sisanya untuk menjaga likuiditas," kata Jahja,

Direktur Keuangan Bank UOB Indonesia Syafrullah Hadi Saleh mengatakan likuiditas valas aman karena UOB Buana sudah memupuk valas dari interbank di Singapura dan dana valas nasabah. Adapun LDR valas sebesar 75%-80%, sedangkan DPK valas sekitar 20% - 25% dari total DPK bank sebesar Rp 6 triliun. "Kami menjaga likuiditas valas dengan selektif memberikan kredit valas," ujarnya.

Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga Wan Razly Abdullah mengatakan  pihaknya berusaha memperpanjang tenor kewajiban valas untuk menjaga kecukupan valas. Per 31 Agustus 2013, CIMB Niaga memiliki surplus likuiditas valas sekitar USD  800 juta.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×