kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Loan at Risk Bank Terus Melandai, Ini Penyebabnya


Minggu, 15 Januari 2023 / 16:09 WIB
Loan at Risk Bank Terus Melandai, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Sejumlah bank berhasil menekan rasio kredit berisiko atau pembiayaan yang masuk pantauan di 2022 lalu.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank berhasil menekan rasio kredit berisiko atau pembiayaan yang masuk pantauan di 2022 lalu. Alhasil, loan at risk (LAR) bank turun dan kualitas kredit yang disalurkan ikut terjaga. 

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) misalnya, mengakui LAR turun cukup signifikan dari sebelumnya 27% di 2021 menjadi di kisaran 23% tahun 2022. Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo menyatakan, dampaknya pasti membaik untuk bank khususnya dampak terhadap perbaikan yield dan net interest margin (NIM).

"Tahun 2023 kami akan menjaga untuk terus menurunkan LAR menjadi kisaran 19% dan NPL di bawah 3%," kata Setiyo kepada kontan.co.id, Jumat (13/1).

Dia menambahkan, perbaikan bisnis proses perkreditan telah berjalan dengan baik dan membuktikan kualitas yang solid sehingga akan terus diperbaiki dengan teknologi digital. Di samping itu, kata Setiyo program restrukturisasi covid-19 terus dikurangi sehingga kembali normal dan bisa meningkatkan asset sales.

Baca Juga: Transaksi QRIS Perbankan Melesat Ratusan Persen di Tahun 2022

Tak berbeda, sampai dengan November 2022, portofolio kredit dengan kualitas rendah atau LAR PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga menurun signifikan 12,63% menjadi sebesar Rp 116 triliun dari posisi Desember 2021 sebesar Rp 147 triliun atau 17,75%. Artinya Bank Mandiri menunjukkan perbaikan Rp 31 triliun atau 512 bps.

Menurut Ahmad Siddik Badruddin, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri, penurunan LaR ini terutama berasal dari penurunan portfolio restrukturisasi Covid kolektibilitas 1 sebesar 44%. Debitur-debitur restrukturisasi Covid telah kembali dapat membayar angsuran maupun melunasi kewajiban (sehingga diterapkan unflagging).

"Kami melihat tren perbaikan LaR ini akan berlanjut di tahun ini, walaupun masih tetap berhati-hati dengan kondisi makroekonomi yang belum membaik signifikan, sehingga ke depan kami memproyeksikan LaR dapat kami jaga di kisaran 10%-12%, sedangkan untuk NPL kami perkirakan dapat dikelola di sekitar 1,8%-2,0%," papar Siddik.

Baca Juga: OJK: Industri Perbankan Mampu Bertahan dari Tekanan Perekonomian Global

Untuk mencapai proyeksi tersebut, Bank Mandiri akan terus menerapkan prinsip kehati-hatian pada seluruh tahapan proses penyaluran kredit. Kehati-hatian dimulai dari pemilihan target market sektoral melalui loan portfolio guideline, penentuan pipeline calon debitur, sampai dengan monitoring kinerja debitur untuk memastikan debitur mampu memenuhi kewajibannya dengan baik.

"Kami juga menerapkan early warning mechanism dan watchlist process pada debitur-debitur dan portfolio untuk mendeteksi adanya penurunan kinerja untuk segera dapat mengambil langkah antisipasi melalui restrukturisasi lebih awal," imbuh dia.

Kredit berisiko PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI (BBRI) juga turun. Hingga akhir November 2022 tercatat LAR BRI mencapai sebesar 18,39%. Angka LAR turun signifikan dibandingkan dengan LAR periode yang sama tahun 2021 yakni sebesar 24,69%.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Unaudited BTN Naik 8,5% di Tahun 2022

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, penurunan ini sejalan dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi, serta kian melandainya portofolio restrukturisasi kredit terdampak COVID di BRI.

"Khusus untuk restrukturisasi kredit terdampak Covid, mayoritas nasabah yang berhasil lepas restrukturisasi merupakan hasil dari pembayaran. Hal tersebut mengindikasikan program restrukturisasi berhasil memberikan dampak positif baik bagi bank maupun nasabah," katanya.

Aes menyebut, untuk tahun ini BRI akan menjaga LAR di kisaran 18% dan NPL 2,8%-3%. Strategi utama BRI dalam menjaga kualitas kredit yakni, dengan melakukan selective growth. BRI juga terus membentuk cadangan yang cukup sebagai langkah antisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×