Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi penurunan kredit valas tahun depan bisa membaik dibandingkan dengan tahun ini. Optimisme ini didasari diprediksi harga komoditas yang akan mengalami kenaikan sekitar 10% sampai 15% di tahun depan dari posisi saat ini.
Mochammad Doddy Arifianto, Kepala Subdivisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan LPS mengatakan, meski begitu dari sisi harga dan volume permintaan tidak bisa disamakan dengan kondisi pada 2011 sampai 2012 ketika harga komoditas sedang di masa puncaknya.
Kenaikan kredit valas ini erat kaitannya dengan komoditas karena sebagian besar komoditas dilakukan oleh perusahaan dengan denominasi valas . Karena bersifat hedging natural, penjualan dilakukan dalam bentuk mata uang asing.
Selain itu, perusahaan komoditas juga mempertimbangkan pinjaman valas karena mempunyai bunga relatif rendah yaitu 3% sampai 4% dengan risiko yang relatif tidak ada. Namun dengan kondisi pertumbuhan ekonomi global terutama China dan India yang mengalami penurunan, menyebabkan permintaan komoditas menjadi lemah.
Sebagai gambaran sampai Agustus 2016, tercatat kredit valas mengalami penurunan sebesar 11,76% yoy menjadi Rp 590,76 triliun. Penurunan kredit valas sampai Agustus 2016 ini berbanding terbalik dengan waktu yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan kenaikan sebesar 16,16% yoy.
Penurunan kredit valas ini sebagian besar dikontribusikan oleh bank umum kelompok usaha (BUKU) IV dan III. Kedua BUKU ini berkontribusi sebesar 82,9% dari total kredit valas perbankan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News