kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Makin naik, tingkat wanprestasi pinjaman fintech lending ada di level 4,9% pada April


Kamis, 04 Juni 2020 / 15:27 WIB
Makin naik, tingkat wanprestasi pinjaman fintech lending ada di level 4,9% pada April
ILUSTRASI. ilustrasi fintech. /2017/01/04


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat wanprestasi pengembalian pinjaman (TWP) di atas 90 hari industri fintech peer to peer (P2P) lending semakin menanjak. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2020, TWP P2P lending di level 4,93%. Naik dari posisi Desember 2019 pada 3,65% dan April 2019 di 1,63%.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengamini adanya peningkatan TWP industri dampak lebih lanjut dari pandemi Covid-19. Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan AFPI, Tumbur Pardede mengatakan, penyelenggara tetap meningkatkan mitigasi baik saat pandemi maupun saat kenormalan baru nanti.

Baca Juga: Butuh uang tunai mendesak? Tarik tunai kartu kredit BCA di ATM saja cepat dan praktis

“Tingkat itu kami pandang masih dalam kapasitas normal atau masih baik, karena tidak bisa dibandingkan dengan institusi keuangan konvensional. Karena metode kita tidak semata-mata kolateral, tingkat risiko kita lebih tingi dari institusi keuangan konvensional. Masih pada batas yang bisa ditoleransi,” ujar Tumbur belum lama ini.

Tumbur menyatakan hasil survei AFPI periode 9-14 Mei 2020, ada 143 platform penyelenggara fintech P2P lending yang memberikan jawaban. Sebanyak 34 platform mengalami kenaikan TWP, 90 platform menyatakan TWP stabil, dan 6 platform mengaku penurunan TWP.

Ia optimis pada masa kenormalan baru nanti, industri P2P lending bisa menekan TWP. Lantaran mitigasi risiko akan ditingkatkan menjelang adanya lonjakan kebutuhan pinjaman.

Ketua Harian AFPI Kuseryansyah bilang para penyelenggara akan menjaga kinerja pada masa pandemi ini dan selektif menyalurkan pembiayaan. Dengan demikian diharapkan dapat menjaga peran aktif fintech P2P lending dalam menjangkau pembiayaan bagi masyarakat yang selama ini belum tersentuh lembaga keuangan.

Baca Juga: Tanamduit Kini Miliki Layanan Transaksi Emas Lewat Fitur Koleksi Emasku

PT Akseleran Keuangan Indonesia mencatatkan pada April 2020 TWP berada di level 0,7%. Chief Credit Officer & Co-Founder Akseleran Christopher Gultom bilang telah terjadi perbaikan pada akhir Mei menjadi level 0,67% dari total penyaluran pinjaman usaha.

Lanjutnya, selama lima bulan terakhir di tahun 2020, Akseleran berhasil menyalurkan total pinjaman usaha sebesar Rp300 miliar atau naik 5% dibandingkan periode yang sama di Mei 2019.

Akseleran masih berfokus kepada sektor seputar konstruksi, pertambangan minyak dan gas, logistik, dan trading. Akseleran tetap berkomitmen menyalurkan pinjaman kepada peminjam yang layak memperoleh pinjaman.

“Meski demikian, kami juga selalu memperhatikan untuk memberikan kenyamanan kepada para lender Akseleran, terutama dalam masa pandemi seperti ini dimana setiap lender cenderung akan lebih konservatif dalam menyalurkan pinjaman. Maka dari itu, penting buat kami untuk melakukan sejumlah strategi dalam memitigasi risiko terjadinya TWP,” ujar Christopher.

Baca Juga: Alami Fintek revisi target penyaluran pinjaman dari Rp 500 miliar jadi Rp 200 miliar

Christopher menjelaskan, setidaknya ada tiga strategi yang diberlakukan Akseleran. Pertama, pengetatan penilaian kredit terhadap calon borrower. Termasuk melakukan penilaian menyeluruh tentang dampak Covid-19 pada bisnis.

Kedua, pemantauan portofolio yang berkelanjutan, dan ketiga penerapan asuransi kredit yang berkelanjutan. Dari situ, dia mengaku, tetap optimistis tingkat NPL Akseleran dapat tetap terjaga di bawah 1% hingga akhir tahun 2020.

“Khusus selama masa pandemi Covid19, kami meningkatkan credit underwriting dengan lebih memilih untuk membiayai invoice financing dibandingkan receivable financing meskipun bukan berarti receivable financing tidak bisa. Harapannya, risiko kredit yang ada menjadi lebih kecil sehingga terlihat dalam dua bulan terakhir outstanding dan penyaluran invoice financing di Akseleran lebih besar daripada PO Financing, yang artinya mitigasi risiko yang baru tersebut sudah terimplementasi dengan baik,” terangnya.

Dia mengharapkan, dengan memasuki fase new normal di Juni, maka sudah ada peningkatan penyaluran pinjaman yang cukup signifikan. “Kami mendukung apa yang pemerintah lakukan, ini bagus untuk tumbuhnya kembali dunia usaha dan berharap adanya kenaikan penyaluran pinjaman usaha di Akseleran sekitar 35% pada Juni yang akan terus berlanjut sampai dengan akhir tahun dengan harapan lainnya agar tidak ada gelombang kedua dari pandemi Covid-19,” tambah Christopher.

Baca Juga: Kantongi lisensi OJK jadi P2P Lending, startup milik Ovo Taralite naik kelas

Asal tahu saja, bisnis pinjam meminjam P2P lending masih deras di tengah pandemi Covid-19. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2020 mencatatkan akumulasi penyaluran pinjaman mencapai Rp 106,06 triliun. Nilai itu tumbuh 186,54% year on year (yoy) dari April 2019 senilai Rp 37,01 triliun.

Adapun jumlah outstanding pinjaman hingga April 2020 mencapai Rp Rp 13,75 triliun. Nilai itu tumbuh 67,25% yoy dari April 2019 sebanyak Rp 8,22 triliun. Pinjaman tersebut disalurkan lewat 161 entitas P2P lending per April 2020. Rinciannya 25 berizin dari OJK sisanya 136 masih berstatus terdaftar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×