Reporter: Roy Franedya | Editor: Test Test
JAKARTA. Perbankan syariah semakin efektif dan efisien dalam menyalurkan pembiayaan. Hal itu terlihat dari data Bank Indonesia (BI) per Juni 2010. Data itu menunjukkan rasio pembiayaan bermasalah atawa non performing finance (NPF) perbankan syariah sebesar 3,89%, lebih rendah NPF di periode yang sama tahun lalu, sebesar 4,39%.
Direktur Syariah Bank Danamon Herry Hykmanto bilang, penurunan NPF terjadi karena perbankan syariah makin selektif memilih nasabah. "Pemilihan nasabah disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan bank," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Untuk Danamon Syariah, di Juni 2010 lalu, pembiayaan bermasalah masih di bawah 2%. "Tren NPF kami semakin membaik," kata Herry. Hingga saat ini pembiayaan Danamon Syariah mencapai Rp 700 miliar.
BRI Syariah juga mengalami penurun NPF. Direktur Bisnis BRI Syariah Ari Purwandono mengaku, hingga Juli NPF gross BRI Syariah di level 3%. Perhitungan NPF ini tanpa memperhitungkan jaminan. Sedangkan NPF net di periode yang sama nongkrong di level 1,5%.
Angka itu lebih rendah dari periode yang sama akhir tahun 2009 lalu. Saat itu NPF gross mencapai 3,5%. "NPF dalam posisi aman dan belum mengkhawatirkan," katanya.
Hingga saat ini total pembiayaan BRI Syariah mencapai Rp 4,5 triliun. Ari menjelaskan, pembiayaan yang macet berasal dari pembiayaan di sektor komersial, UKM, dan mikro.
Hal serupa juga terjadi di Unit Usaha Syariah Bank Permata. Kepala Permata Syariah, Achmad K. Permana mengatakan, NPF net saat ini sekitar 2,8%, turun ketimbang posisi akhir tahun lalu yang sebesar 3%. "Total pembiayaan yang dikucurkan Rp 1,6 triliun," katanya.
Sekadar informasi, hingga akhir Juni 2010, perbankan syariah sudah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 55,8 triliun. Angka ini tumbuh 32,23% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 42,2 triliun. Komposisinya, 55% pembiayaan menggunakan akad murabahah alias jual beli, sebesar 22,26% menggunakan akad mudharabah atau bagi hasil.
Sisanya, menggunakan akad musyarakah, salam, istishna, ijarah, dan qardh. Sampai semester I 2010, sekitar Rp 53,63 triliun masuk kategori lancar. Sisanya, Rp 2,17 triliun masuk kategori non-lancar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News