kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Masalah Investasi Menerpa Industri Fintech Lending, Ini Strategi SAMIR di 2024


Selasa, 02 Januari 2024 / 14:43 WIB
Masalah Investasi Menerpa Industri Fintech Lending, Ini Strategi SAMIR di 2024
ILUSTRASI. Sahabat Mikro Fintek (SAMIR) berkomitmen untuk meningkatkan keamanan dana lender yang diinvestasikan melalui platformnya.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri fintech peer to peer (P2P) lending diguncang banyak masalah sepanjang 2022 dan 2023, termasuk investasi nasabah tidak kembali dan meningkatnya kredit macet. Hal itu diperkirakan akan berdampak pada industri. Oleh karena itu, diperlukan antisipasi agar fenomena tersebut dapat diminimalisir pada tahun ini.

Mengenai hal itu, fintech P2P lending PT Sahabat Mikro Fintek (SAMIR) menyatakan selalu berkomitmen untuk meningkatkan keamanan dana lender yang diinvestasikan melalui platformnya.

Menurut Public and Government Relation SAMIR Balqis, hal itu akan mengurangi risiko investasi yang tidak kembali.

"Oleh karena itu, pada tahun depan, kami berencana untuk terus memperkuat sistem keamanan dan melakukan peningkatan teknologi untuk mengurangi risiko investasi yang tidak kembali. Kami juga secara aktif memantau tren industri dan mengimplementasikan langkah-langkah baru untuk memastikan keamanan dana nasabah," ucapnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (30/12).

Baca Juga: OJK Batasi Meminjam Maksimal 3 Platform, Begini Respons Fintech Lending

Mengenai sektor yang menarik untuk investasi di P2P lending, Balqis menyampaikan setiap sektor punya potensi yang menarik. Namun, kata dia, ada beberapa sektor yang punya pertumbuhan stabil dan prospek yang baik, seperti sektor teknologi, kesehatan, konsumen, atau properti. Akan tetapi, tetap didasarkan pada analisis risiko dan potensi pengembalian.

Sementara itu, dia menyampaikan potensi yield dari investasi di industri P2P lending terbilang bervariasi tergantung dari banyak faktor, seperti risiko investasi, suku bunga, regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan kebijakan perusahaan. 

"Kami selalu menyediakan informasi yang transparan mengenai potensi yield kepada para lender agar mereka bisa membuat keputusan investasi yang baik," katanya.

Balqis juga mengatakan faktor positif yang dapat mendorong bisnis usaha-usaha yang dibiayai oleh P2P lending pada 2024 bisa termasuk pemulihan ekonomi, inovasi produk atau layanan, kemudahan akses terhadap pendanaan, dan deregulasi yang mendukung pertumbuhan bisnis. Menurutnya, semua faktor itu bisa mendorong pertumbuhan bisnis yang stabil dan berkelanjutan. 

Baca Juga: Sejumlah Aturan Baru OJK Berlaku Tahun Ini, Begini Kata Sejumlah Fintech Lending

Adapun faktor negatifnya bisa meliputi ketidakpastian ekonomi, perubahan regulasi, kondisi pasar, risiko kredit, dan perubahan perilaku konsumen. Balqis menyampaikan perusahaan fintech P2P lending sebaiknya harus selalu memantau faktor-faktor tersebut secara aktif untuk mengurangi risiko bagi bisnis yang dibiayai.

Balqis juga mengatakan ada sejumlah hal yang harus dipertimbangkan ketika ingin berinvestasi melalui platform P2P lending. Dia menyebut yang penting untuk dipertimbangkan, yakni tentunya risiko investasi, kebijakan perusahaan terkait pengembalian dana, biaya-biaya terkait, dan potensi imbal hasil yang sesuai dengan tujuan investasi.

Sejak didirikan sampai akhir November 2023, Balqis menyebut SAMIR sudah menyalurkan pendanaan sebesar Rp 647,62 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×