Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memasang target cukup tinggi kinerja perbankan tahun ini, mengingat mulai adanya sinyal pemulihan ekonomi. Namun, sejumlah bank memilih memasang target konservatif lantaran pandemi masih menghantui.
OJK memperkirakan kredit perbankan tahun ini bisa tumbuh di kisaran 7%, sementara dana pihak ketiga (DPK) akan tumbuh pada kisaran 11%.
Dari aspek pertumbuhan kredit, bank terutama masih akan sangat berhati-hati menggelar ekspansi. Maklum tahun lalu, bank swasta jadi penopang kontraksi kredit perbankan yang negatif 2,41%. Adapun bank pelat merah masih mencatat pertumbuhan positif 0,63%, bank daerah 5,22%.
PT Bank Panin Tbk (PNBN) misalnya tahun ini cuma memasang target pertumbuhan kredit pada kisaran 3%-4%, berada di bawah proyeksi OJK. Maklum sampai November tahun lalu, kredit Bank Panin juga belum pulih dengan pertumbuhan minus 14,10% (ytd).
Baca Juga: Target kredit bank di bawah OJK
“Target pertumbuhan RBB ada pada kisaran 3%-4%. Ini berdasarkan pertimbangan pengalaman masa lalu sekaligus perkembangan selama masa pandemi. Namun belum ada persetujuan (RBB) dari OJK,” ujar Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo kepada KONTAN, Minggu (17/1).
Hal senaada juga sebelumnya disampaikan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja yang mengatakan masih akan sulit menaksir pertumbuhan kredit tahun ini selama pandemi belum dapat dipastikan usai.
Bank swasta terbesar di tanah air ini pun dalam rencana bisnis banknya menargetkan pertumbuhan kredit pada kisaran 4%-6%. Sampai November 2020, pertumbuhan kredit BCA masih negatif 3,69% (ytd).
“Saat ini masih sulit prediksi karena pelaksanaan vaksin juga belum pasti. Dalam RBB kredit growth kami 4%-6%,” kata Jahja.
Kepala RIset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, sejatinya di awal tahun ini perbankan memang masih akan bersikap konservatif memasang target. Lagipula meskipun vaksinasi Covid-19 sudah dimulai, jumlah kasus positif juga terus bertambah.
Ini yang menurut Suria akan jadi pertimbangan besar buat perbankan menaksir pakah ekonomi bisa pulih tahun ini atau tidak.
“Kalau dari data OJK kredit tahun lalu kan juga masih minus, sementara meskipun sekarang vaksin sudah dimulai namun awal Januari ini juga belum ada tanda pemulihan, mengingat kasus positif juga masih meningkat tajam,” ujarnya kepada KONTAN Senin (18/1).
Makanya, Suria menilai bank masih akan sulit melakukan proyeksi. Selain itu, alih-alih mendorong kredit tahun ini, bank juga akan fokus memperbaiki kualitas kredit. Mengingat dampak restrukturisasi kredit imbas pandemi tahun lalu.
Asal tahu meskipun relaksasi restrukturisasi kredit diperpanjang sampai Maret 2022, bank kini mesti mulai memupuk pencadangan atas rsiko tersebut. Ketentuan sebelumnya tak mewajibkan bank membentuk pencadangan atas restrukturisasi kredit imbas pandemi.
“Jika restrukturisasi berkelanjutan, pendapatan bunga bank akan turun diikuti dengan nett interest margin. Sementara provisi justru akan meningkat. ini akan jadi risiko buat bank,” kata Suria.
Baca Juga: Berkat kebijakan dan sinergi OJK, stabilitas sektor keuangan terjaga di 2020