Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Tidak seperti pulau Jawa, para pelaku usaha sepertinya masih enggan berekspansi ke Papua, termasuk perusahaan pembiayaan atau multifinance. Berbagai alasan pun dikemukakan oleh pelaku multifinance.
Harjanto Tjitohardjojo, Direktur Mandiri Tunas Finance (MTF) mengatakan, jika memiliki cabang di Papua, maka perseroan akan sulit memonitor pengoperasian cabang tersebut. Meski begitu, MTF tidak menutup kemungkinan jika kelak bakal membuka cabang. “Kemungkinan di tahun 2017,” ujarnya.
Lain lagi menurut PT BCA Finance. Salah satu acuan dalam membuka cabang bagi BCA Finance ada soal ketersediaan SDM. Itu sebabnya, anak usaha Bank BCA ini belum memiliki kantor cabang di Papua.
“Masih banyak wilayah yang lebih prospektif untuk kami garap,” kata Roni Haslim, Direktur Utama BCA Finance. Oleh karena itu, Roni mengaku pihaknya belum memiliki rencana untuk berekspansi ke pulau cenderawasih tersebut.
Biaya mahal
Tidak demikian bagi PT BFI Finance Indonesia alias BFI Finance. Saat ini, perusahaan pembiayaan yang memiliki market share 2,5-3% tersebut justru sudah memiliki sekitar 6 kantor cabang di Papua. “Ada di Sorong, Merauke, Jayapura, Manokwari, dan sebagainya. Lima atau enam cabang,” ujar Sudjono, Direktur BFI Finance.
Sebagai salah satu perintis multifinance di Papua, Sudjono menuturkan memang ada beberapa tantangan yang dihadapi jika mendirikan kantor cabang di Papua.
Biaya operasional misalnya. Sudjono membandingkan untuk membuka sebuah kantor cabang di wilayah Timur akan membutuhkan dana sekitar Rp 800 juta di mana jumlah ini sudah termasuk kebutuhan kantor, investasi, dan uang sewa tempat selama 5 tahun.
Sedangkan perseroan hanya membutuhkan dana sekitar Rp 500 juta untuk kriteria yang sama jika membangun outlet di pulau Jawa. “Sekali kunjungan ke tiga kantor cabang di Papua saja bisa habiskan puluhan juta, sudah seperti ke Australia,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Sudjono, sistem kerja yang benar disertai dengan aturan yang tepat harus dilakukan pihaknya untuk menyiasati tantangan-tantangan yang muncul. “Kami juga harus menyesuaikan dengan adat istiadat setempat,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News