Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Bank Mega Syariah mengantongi laba sebelum pajak senilai Rp 123 miliar pada semester I tahun ini. Jumlah itu naik 8,8% jika dibanding realisasi laba tahun lalu senilai Rp 113 miliar.
"Naik sedikit," kata Direktur Utama PT Bank Mega Syariah, Benny Witjaksono, Selasa, (16/7). Kenaikan laba dikontribusikan oleh pembiayaan joint financing. Benny menyebutkan, joint financing tersebut memegang porsi 40% terhadap total pembiayaan Mega Syariah.
Pembiayaan yang Mega Syariah salurkan pada semester I ini mencapai Rp 7,3 triliun. Jumlah itu tumbuh sekitar 46% dari Rp 5 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Kemudian, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dikumpulkan mencapai Rp 7 triliun atau naik 40% dari Rp 5 triliun di semester pertama tahun lalu.
Dua hal inilah yang membuat likuiditas Mega Syariah cenderung mengetat. Pada posisi April, rasio pinjaman terhadap simpanan atau Financing to Deposit Ratio (FDR) Mega Syariah melebihi ketentuan Bank Indonesia (BI) yakni 78-100%. "Likuiditas memang agak ketat. FDR kita menembus 100%," ucapnya.
Meski begitu, ia mengaku, sengaja mengatur FDR berada di posisi yang tinggi. "Kami memang mengatur lebih dari 100%. Supaya profitabilitas tinggi," klaim Benny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News