Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Rupanya tak hanya Bank Umum yang terkena getah gejolak ekonomi tahun lalu. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga mengalami perlambatan pertumbuhan kredit pada tahun lalu.
Menurut Joko Suyanto, Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat (Perbarindo), sebetulnya walaupun kondisi ekonomi tahun lalu cukup bergejolak, namun BPR tetap mampu mencatatkan pertumbuhan kredit 18,79% tahun lalu. "Ini ditopang kinerja positif dalam penyaluran kredit di sektor perdagangan, jasa, dan investasi yang selama ini menjadi fokus BPR," kata Joko saat dihubungi KONTAN, Rabu (26/2).
Dibandingkan pertumbuhan kredit BPR pada tahun 2012, realisasi tahun lalu memang melambat. Hal ini tak lepas dari gejolak ekonomi yang mulai terjadi sejak triwulan III tahun lalu, mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar serta tingginya inflasi. "Tentu ini berdampak bagi kinerja kami meskipun dibilang besar sekali juga tidak tepat," ujar pria yang kini menjabat sebagai Komisaris BPR Nusamba Group.
Joko menegaskan meski melambat, namun rasio kredit macet alias non performing loan (NPL) berhasil diturunkan dari 4,75% di akhir 2012 menjadi 4,41% di akhir 2013. Ini disebabkan BPR benar-benar serius menjaga kualitas kredit dengan meningkatkan kehati-hatian. "Meskipun dampaknya pertumbuhan kredit sedikit melambat, kami mewanti-wanti seluruh BPR agar menjaga supaya secara industri NPL BPR dibawah 5%," pungkas Joko.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), volume kredit yang disalurkan BPR pada akhir tahun lalu mencapai Rp 59,17 triliun. Sedangkan akhir 2012, volume kredit BPR mencapai Rp 49,81 triliun, tumbuh hingga 21,19% dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar Rp 41,10 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News