Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca keluarnya kriteria terkait Konglomerasi Keuangan dan Perusahaan Induk Konglomerasi Keuangan dalam POJK 45/2020, yang mensyaratkan minimal asset Konglomerasi Keuangan (KK) adalah Rp 100 triliun, jumlah konglomerasi keuangan tersisa 15 konglomerasi, susut dari sebelumnya sebanyak 50 sebelum adanya kriteria ini.
Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada kuartal II-2024, total aset konglomerasi keuangan mencapai Rp 9.212 triliun. Dihitung dari jumlah aset tersebut, setidaknya sebanyak empat konglomerasi keuangan menguasai 73,16% dari total aset konglomerasi keuangan.
Dalam riset Kontan, perusahaan BUMN masih merajai aset konglomerasi keuangan terbesar di Indonesia, dengan jawaranya adalah Mandiri Group dengan asset terbesar dari 15 konglomerasi keuangan yang ada.
Baca Juga: Menilik Kinerja Emiten Konglomerat Hingga Kuartal III-2024, Ini Rekomendasi Analis
Total asset Mandiri Group tercatat sebesar Rp 2.349,30 triliun per September 2024. Penyumbang terbesar dari entitas anak masih berasal dari bisnis perbankannya, yakni Bank Syariah Indonesia (BSI).
BRI Group menyusul posisi dengan asset terbesar kedua di kelompok konglomerasi keuangan dengan total asset Rp 2.022,45 triliun per September 2024. Berbeda dengan Mandiri Group, penyumbang terbesar BRI Group dari entitas anaknya adalah PT Pegadaian.
Dari sisi aset swasta, Djarum Group milik konglomerat Indonesia, yakni keluarga Hartono masih menjadi jawaranya. Tak lain Bank Central Asia (BCA) menjadi penyokong utama group ini memiliki aset jumbo di sektor keuangan, dengan total aset KK mencapai Rp 1.599,8 triliun per September 2024.
Djarum Group bisa dibilang memiliki cukup banyak bank dibandingkan perusahaan KK lainnya, yakni berjumlah tiga bank. Selain bank Djarum Group juga merambah ke bisnis pembiayaan non bank hingga perusahaan investasi.
Corporate Secretary BCA, Hera F Haryn menyatakan, seiring dengan pertumbuhan positif pada segmen kredit dan dana pihak ketiga (DPK), perseroan optimistis aset akan terus tumbuh naik hingga akhir tahun 2024.
"BCA tetap optimistis dalam penyaluran kredit dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas kredit tetap terjaga," ungkapnya kepada Kontan belum lama ini.
Baca Juga: Harga Saham Bank Kecil Bergeliat, Ini Kata Analis
Pengamat perbankan Trioksa Siahaan menilai dukungan ekosistem dari grup usaha dapat mempercepat pertumbuhan aset bank holding.
"Terutama bila grup usahanya juga sehat dan mencatatkan pertumbuhan bisnis," ungkap Trioksa, Minggu (10/11).
Di sisi lain, Astra Group menjadi konglomerasi keuangan yang paling banyak memiliki bisnis di sektor jasa keuangan dibandingkan Group konglomerasi keuangan lainnya di Indonesia.
Setidaknya terdapat lebih dari 12 entitas anak usaha di seor keuangan, baik perusahaan pembiayaan, bank, asuransi, multifinance hingga perusahaan modal ventura.
Baca Juga: Prajogo Pangestu Hingga Salim, Begini Kinerja & Rekomendasi Saham Emiten Konglomerasi
Meski begitu, Reza Priyambada, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia menilai, ekosistem group memang bisa menjadi salah satu pendorong bisnis perusahaan, namun hal tersebut juga perlu dibarengi dengan inovasi yang berkelanjutan serta penguatan branding di pasar.
"Kalau uangnya hanya berputar di eksosistem tersebut, tidak akan banyak berkembang, perlu menjangkau juga lebih banyak di luar ekosistem," ungkapnya belum lama ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News