Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dikabarkan membuat likuiditas valuta asing (valas) perbankan mengetat.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan kredit valas perbankan tumbuh 16,71% secara tahunan atawa year on year (YoY) menjadi Rp 932,61 triliun per Agustus 2022. Sedangkan secara total, kredit perbankan tumbuh 10,3% YoY menjadi Rp 6.160 triliun.
Sedangkan himpunan dana pihak ketiga (DPK) valas mengalami pertumbuhan 11,84% YoY menjadi Rp 1.107,94 triliun di delapan bulan pertama 2022. Secara total, DPK perbankan mengalami pertumbuhan 8,2% YoY menjadi Rp 7.358,3 triliun.
Baca Juga: Likuiditas Valas Bank Dikabarkan Mengetat Sampai Hentikan Kredit, Ini Respons Bankir
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyatakan, penyaluran kredit valas masih tumbuh terjaga hingga dobel digit per September 2022. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan, kredit valas porsinya relatif kecil, hanya sekitar 9% dibandingkan total kredit BRI secara keseluruhan.
“Permintaan kredit terbesar berada pada sektor agribusiness, infrastructure, transportation, oil & gas, dan energy & mining, dengan komposisi mencapai 66,17% dari total kredit valas BRI,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id pada Jumat (4/11).
Kendati demikian, ia mengakui himpunan DPK valas BRI kontraksi 3,58% YoY per September 2022. Guna menjaga likuiditas valas, BRI telah menyesuaikan suku bunga deposito valas.
“Sebagai contoh untuk suku bunga counter deposito valas, telah naik antara 5 basis poin (bps) hingga 15 bps tergantung dari jangka waktu (tenor) deposito,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News