Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi harga minyak dunia tampaknya tidak berpengaruh signifikan terhadap bisnis asuransi energi di tanah air. Tren bisnis asuransi energi ke depan juga diproyeksikan bakal tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan aktivitas masyarakat.
Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) hingga akhir 2022, premi pada asuransi energi tumbuh 21,4% menjadi Rp 1,50 miliar secara year on year (yoy) dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,24 miliar.
Seperti diketahui, hingga saat ini perusahaan asuransi yang memiliki atau menjual produk energi ada 15 perusahaan dari 72 perusahaan asuransi umum.
Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwyanto mengatakan, hingga saat ini belum terlihat imbas dari kenaikan harga minyak dunia terhadap bisnis asuransi.
Baca Juga: Menilik Kesiapan Asuransi terhadap Kewajiban Spin Off Unit Usaha Syariah
Lebih lanjut, Bern bilang kendati ada dinamika kondisi pasar minyak dunia, namun aktivitas produksi dan distribusi minyak tetap terus berjalan normal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
"Tren bisnis asuransi energi kelihatannya masih akan positif hingga saat ini setelah terkontraksi di saat pandemi, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan aktivitas masyarakat maupun bisnis," kata Bern kepada Kontan.co.id, Senin (27/3).
Bern menambahkan, asuransi energi bukanlah produk asuransi andalan di bisnis asuransi umum. Meskipun demikian, prospek asuransi energi diproyeksikan akan terus membaik.
Menurutnya, dengan meningkatnya aktivitas masyarakat Indonesia saat ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas di sektor energi akan berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan asuransi energi.
Sementara itu, perusahaan asuransi pelat merah, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) mengaku kinerja asuransi energi tidak mengalami penurunan seiring menurunnya harga minyak.
Baca Juga: Allianz Indonesia Siap Pasarkan Produk Sesuai SEOJK PAYDI
Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo Diwe Novara mengatakan, di tengah menurunnya harga minyak mentah dunia yang berada di kisaran US$ 80/barel tidak lantas membuat bisnis energi terutama dari sektor hulu minyak dan gas bumi di Jasindo ikut mengalami penurunan.
"Terbukti dengan masih adanya beberapa proyek konstruksi dari beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang telah dan akan ditenderkan sepanjang tahun 2023 ini," kata Diwe kepada Kontan.co.id, Senin (28/3).