kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Menakar Bisnis Asurasi Energi di Tengah Anjloknya Harga Minyak Dunia


Selasa, 28 Maret 2023 / 16:54 WIB
Menakar Bisnis Asurasi Energi di Tengah Anjloknya Harga Minyak Dunia
ILUSTRASI. Karyawan melintas di depan logo asuransi umum di kantor Asosiasi Asuransi |Umum Indonesia (AAUI) Jakarta, Kamis (26/1/2023). Menakar Bisnis Asurasi Energi di Tengah Anjloknya Harga Minyak Dunia.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Fluktuasi harga minyak dunia tampaknya tidak berpengaruh signifikan terhadap bisnis asuransi energi di tanah air. Tren bisnis asuransi energi ke depan juga diproyeksikan bakal tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan aktivitas masyarakat.

Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) hingga akhir 2022, premi pada asuransi energi tumbuh 21,4% menjadi Rp 1,50 miliar secara year on year (yoy) dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,24 miliar.

Seperti diketahui, hingga saat ini perusahaan asuransi yang memiliki atau menjual produk energi ada 15 perusahaan dari 72 perusahaan asuransi umum.

Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwyanto mengatakan, hingga saat ini belum terlihat imbas dari kenaikan harga minyak dunia terhadap bisnis asuransi.

Baca Juga: Menilik Kesiapan Asuransi terhadap Kewajiban Spin Off Unit Usaha Syariah

Lebih lanjut, Bern bilang kendati ada dinamika kondisi pasar minyak dunia, namun aktivitas produksi dan distribusi minyak tetap terus berjalan normal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

"Tren bisnis asuransi energi kelihatannya masih akan positif hingga saat ini setelah terkontraksi di saat pandemi, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan aktivitas masyarakat maupun bisnis," kata Bern kepada Kontan.co.id, Senin (27/3).

Bern menambahkan, asuransi energi bukanlah produk asuransi andalan di bisnis asuransi umum. Meskipun demikian, prospek asuransi energi diproyeksikan akan terus membaik.

Menurutnya, dengan meningkatnya aktivitas masyarakat Indonesia saat ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas di sektor energi akan berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan asuransi energi.

Sementara itu, perusahaan asuransi pelat merah, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) mengaku kinerja asuransi energi tidak mengalami penurunan seiring menurunnya harga minyak.

Baca Juga: Allianz Indonesia Siap Pasarkan Produk Sesuai SEOJK PAYDI

Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo Diwe Novara mengatakan, di tengah menurunnya harga minyak mentah dunia yang berada di kisaran US$ 80/barel tidak lantas membuat bisnis energi terutama dari sektor hulu minyak dan gas bumi di Jasindo ikut mengalami penurunan.

"Terbukti dengan masih adanya beberapa proyek konstruksi dari beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang telah dan akan ditenderkan sepanjang tahun 2023 ini," kata Diwe kepada Kontan.co.id, Senin (28/3).

Diwe bilang dengan target RKAP sebesar Rp 700 miliar atau naik sebesar 18% dari tahun lalu, diharapkan sektor Migas dapat memberikan kontribusi yang besar dan juga memberikan hasil usaha yang positif untuk perusahaan.

Lebih lanjut, Diwe menerangkan tren Bisnis energi sepanjang tahun 2022 mengalami kenaikan yang cukup menggembirakan. Jasindo dapat membukukan premi bukan hanya dari proyek konstruksi dari KKKS dengan system cost recovery, namun juga dari system gross split yang memberikan kontribusi premi yang cukup besar kepada perusahaan.

"Kami harapkan akan semakin banyak proyek di sepanjang tahun 2023 ini," tuturnya.

Baca Juga: Pembelian Produk Asuransi di E-commerce Mulai Diminati

Diwe menambahkan, Jasindo optimis prospek asuransi energi akan terus berkembang pesat dalam beberapa tahun ke depan. Seiring dengan Pencanangan Program Peningkatan Produksi minyak menjadi 1 juta barel pada tahun 2030 oleh Pemerintah, dengan berbagai upaya serta dukungan dari KKKS. 

Adapun, Presiden Direktur PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) Tatang Nurhidayat menuturkan, saat ini harga minyak memang sedang mengalami kontraksi yang turut mengundang kekhawatiran para pelaku bisnis atas pengaruhnya terhadap ekonomi makro yang tengah recovery dari dampak pandemi Covid-19, khususnya pada bisnis di sektor energi hingga terkait produksi premi asuransi energi.

Hingga akhir Desember 2022 (unaudited), Tugu Insurance telah memperoleh produksi premi diterima untuk Class of Businsess (CoB) Offshore & Onshore sebesar Rp 575,16 miliar.

Baca Juga: Tertanggung Naik, Premi Asuransi Jiwa Anjlok

Di samping itu, Tatang bilang terdapat beberapa lini asuransi lainnya yang turut mendukung kinerja asuransi energi Tugu Insurance antara lain Fire dengan premi sebesar Rp 1,4 triliun dan Marine Cargo sebesar Rp 308,86 miliar. Adapun hingga mendekati akhir kuartal I 2023 ini, jumlah produksi premi–premi tersebut masih on track.

Merujuk pada catatan perolehan (unaudited) atas premi Offshore, Onshore, Fire dan Marine Cargo Tugu Insurance di 2022, dinamika harga minyak dunia, jumlah proyeksi eksplorasi atau eksploitasi di tanah air, Tugu Insurance optimis di 2023 jumlah kebutuhan permintaan terhadap asuransi di lini energi masih dapat diandalkan perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×