kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar Transaksi Akuisisi Bank-Bank Kecil, Mana yang Paling Murah?


Selasa, 05 Juli 2022 / 20:59 WIB
Menakar Transaksi Akuisisi Bank-Bank Kecil, Mana yang Paling Murah?


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

PT FinAccel Teknologi Indonesia (induk Kredivo) secara total menggelontorkan Rp 3,28 triliun untuk menguasai 2,48 miliar atau 75% saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk. Transaksi dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, mencaplok 24% saham senilai Rp 551 miliar. Kedua, mengakuisisi 16% lagi atau sebanyak 484,2 juta saham dengan harga Rp 908 per saham. 

Ketiga, mengeksekusi seluruh haknya saat BBSI menggelar rights issue pada November 2021 dengan menerbitkan saham baru sebanyak 280.721.568 lembar dengan harga Rp 3.510 per saham. Sebagai pemegang 40% saham Bank Bisnis kala itu, fintech tersebut mengeksekusi haknya sebanyak 112.288.627 saham HMETD. 

Keempat, mengakuisisi 1,15 miliar saham dari pemilik saham eksisiting atau setara 35% modal ditempatkan dan disetor pada kuartal II 2022 dengan harga Rp 1.646 per lembar saham.

Lalu bank mana yang paling murah dalam rangkaian transaksi akuisisi tersebut?

Suria Darma Kepala Riset Samuel Sekuritas menjelaskan, untuk melihat mahal atau murahnya transaksi akuisisi di perbankan adalah dengan menggunakan rasio harga terhadap nilai buku atau price to book value (PBV). 

Namun, untuk bank-bank kecil, investor tidak terlalu fokus berpatokan pada PBV. Menurutnya, tak jadi masalah jik membayar akuisisi bank kecil dengan PBV lebih mahal karena ukurannya juga kecil. Selanjutnya, bank tersebut juga masih besar ruangnya untuk melakukan penambahan modal lagi. 

"Sementara untuk bank-bank besar, PBV sangat penting. Karena ke depannya belum tentu bank akan melakukan penambahan modal lagi. Jadi akuisisi bank kecil relatif tidak melihat murah atau tidaknya. Apalagi tidak banyak juga bank kecil yang mau dibeli, saat ini sudah terbatas," kata Suria pada KONTAN, Selasa (5/7).

Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyebutkan bahwa PVB merupakan indikator yang biasanya yang dipakai untuk melihat mahal atau murahnya sebuah bank. 

Namun, dalam akuisisi, ia melihat bahwa PBV tidak jadi ukuran mutlak untuk melihat murah atau mahal. "Masing-masing akuisisi ada nilai strategisnya, nilai perusahaan dan potensi bisnisnya. Jadi tidak bisa diukur dari satu sisi saja, banyak aspek yang harus tetap diperhatikan dalam membuat keputusan akuisisi," jelasnya.

Sementara Ekonom yang juga pakar keuangan dan pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menyebutkan bahwa PBV tetap merupakan salah satu indikator yang diperlukan dalam mengukur harga bank saat melakukan transaksi akuisisi. Jika harga akuisisi di atas PBV maka wajar kalau bank dikatakan mahal atau kalau di bawah wajar disebut murah.

"Dari transaksi yang sudah terjadi dua tahun terakhir, harus dilihat satu per satu kasusnya yaitu PBV sebelum akuisisi dan setelah akuisisi. Untuk akuisisi Bank Mayora, kalau benar PBV 2x sebelum transaksi dan 1,3x setelah akuisisi maka confirm itu bisa dikatakan mahal," papar Budi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×