kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencermati kinerja 4 bank besar pada bulan Februari di tengah pandemi corona


Minggu, 05 April 2020 / 20:30 WIB
Mencermati kinerja 4 bank besar pada bulan Februari di tengah pandemi corona


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tekanan pandemi virus corona baru (Covid-19), dua bank besar masih mencatatkan kinerja cukup positif pada bulan Februari 2020. Laba bersihnya masih tumbuh cukup bagus baik secara tahun tahunan (year on year/YoY) maupun secara bulanan (month to month/MoM).

Kedua bank tersebut tersebut adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Sedangkan dua bank besar lainnya yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menghadapi penurunan net profit.

Baca Juga: Upaya OJK pertahankan kekuatan perasuransi dari ancaman dampak wabah corona

Berdasarkan laporan bulanan, Bank Mandiri mencatatkan laba bersih Rp 2,46 triliun pada bulan Februari 2020 (bank only). Capaian tersebut tumbuh 7,4% MoM dan meningkat 17,9% secara YoY. Pertumbuhan laba berkat pendapatan non bunga yang solid dengan pertumbuhan 59,1% YoY atau naik 40% MoM serta efek dasar yang rendah.

Sepanjang dua bulan pertama tahun ini, Bank Mandiri secara total telah membukukan laba bersih Rp 4,76 triliun atau tumbuh 13,4% YoY. Rully Setiawan, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri mengatakan, bank pelat merah ini belum merasakan dampak Covid-19 terhadap kinerja perseroan hingga Februari.

"Begitupun terhadap dampak kualitas kredit, dampaknya belum ada dan NPL masih baik. Saat ini Bank sedang mengkalkulasi impact Covid-19 terhadap kemampuan debitur membayar kewajibannya dan NPL," kata Rully pada Kontan.co.id baru-baru ini.

Sementara BNI membukukan laba bersih pada bulan Februari 2020 sebesar Rp 1,31 triliun. Capaian itu tumbuh 27,7% secara YoY dan naik 4,1% secara MoM. Secara total, laba ini sepanjang Januari-Februari tahun ini mencapai Rp 2,57 triliun atau tumbuh 12,5% YoY. Pertumbuhan laba bersih tersebut sejalan dengan meningkatnya pendapatan bunga bersih secara solid sebesar 20,2% YoY dan beban pencadangan yang dikelola dengan baik yakni turun 6,1% YoY.

Baca Juga: Laba BCA di bulan Februari 2020 turun akibat meningkatnya pencadangan

Adapun BRI hanya mencatatkan laba bersih (bank only) pada Februari sebesar Rp 2,56 triliun atau turun 1,5% secara YoY dan melorot 3,6% dari bulan Januari 2020. Namun, sepanjang dua bulan pertama tahun ini, BRI masih membukukan pertumbuhan net profit sebesar 2,3% menjadi Rp 5,22 triliun.

Laba bersih BCA pada bulan kasih itu hanya tercatat Rp1,42 triliun atau turun 14,6% YoY dan melorot 51,1% dari bulan sebelumnya. Ini merupakan perolehan laba bulanan terendah yang ditorehkan bank swasta ini sejak Februari 2018. Namun, laba perseroan secara total dua bulan pertama masih sebesar 13,7% YoY menjadi Rp 4,33 triliun.

Lee Young Jun, Analisi Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya pada 2 Maret 2020 mengatakan, melambatnya pertumbuhan laba BCA tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan biaya pencadangan yang cukup tinggi dari Rp 348,2 miliar pada Februari 2019 menjadi Rp 1,09 triliun.

Baca Juga: Laba bersih Bank Negara Indonesia (BBNI) di Februari melesat 27,7%

Dari sisi penyaluran kredit dan penghimpunan DPK, BCA menorehkan pertumbuhan masing-masing sebesar 8,6% menjadi Rp 574,89 triliun dan 12,4% YoY menjadi Rp 704,8 triliun. Dengan begitu Loan to deposit ratio (LDR) BCA tetap di 82% yang menunjukkan bahwa bank ingin sangat likuid.

Sedangkan BNI hanya mencatatkan pertumbuhan kredit 1,5% YoY hingga Februari 2020 menjadi Rp 529,53 triliun dan DPK naik 2,5% YoY menjadi
Rp 573,29 triliun. LDR bank ini tetap ketat di 92,4% dengan rasio CASA berada di 64,8%.

Kredit BRI tumbuh 7,1% YoY menjadi Rp 856,35 triliun dan penghimpunan DPK meningkat dua digit sebesar 12,1% YoY jadi 956,58 triliun. Bank Mandiri menorehkan kredit tumbuh cukup bagus yakni 10,7% YoY menjadi Rp 766,76 triliun dan DPK meningkat 8,1% YoY menjadi Rp 796,6 triliun.

Lee Young Jun memprediksi pertumbuhan kinerja keuangan BNI ke depan tidak akan berlanjut karena dampak Covid-19 akan menekan perseroan. Apalagi, eksposur kredit perseroan yang terdampak langsung terhadap pandemi corona cukup besar.

Baca Juga: Kekhawatiran masih menyelimuti pergerakan rupiah

"Kami menganggap pertumbuhan BNI tidak akan berlanjut karena biaya kredit dan NPL akan mulai meningkat pada akhir kuartal II 2020, sedangkan pertumbuhan kredit dan NIM akan turun mendekati akhir semester I," jelasnya.

Mengutip riset Mirae Asset Sekuritas, Minggu ( 5/4), manajemen BNI mengatakan masih mengerjakan analisis skenario terhadap dampak Covid-19. Adapun total kredit BNI di sektor perdagangan, restoran, dan hotel mencapai Rp 100 triliun dan sektor transportasi mencapai Rp 6 triliun. Sedangkan total outstanding kredit BNI di segmen kecil yang memenuhi relaksasi aturan restrukturisasi kredit yang dikeluarkan OJK mencapai Rp 72 triliun.

Sementara bagi Bank Mandiri, Covid-19 berpotensi memperburuk kualitas kredit perseroan di sektor maskapai penerbangan, hotel, restoran, CPO, batubara, mesin, dan alat berat dengan total outstanding kredit mencapai Rp 27 triliun.

Baca Juga: Laba Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tumbuh melambat Februari 2020

Terhadap BRI, menurut manajemen perseroan, pandemi corona akan berdampak pada kredit di sektor pariwisata, minyak, dan batubara. Ketiganya masing-masing menyumbang porsi kredit sekitar 2,7%, 2,5% dan 0,3% teterhadap rgadpa total kredit BRI.

Adapun kredit BCA yang terdampak langsung dengan Covid-19 berasal dari sektor tourist yang menyumbang 2,5% terhadap total kredit perseroan, restoran dengan porsi 0,4%, minyak 1%, transportasi 3%, distribusi dan ritel 5%, maskapai, serta sektor logistik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×