kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Menurut pengamat, ini alasan bunga kredit bank harus turun di tengah pandemi


Jumat, 18 September 2020 / 17:01 WIB
Menurut pengamat, ini alasan bunga kredit bank harus turun di tengah pandemi
ILUSTRASI. Costumer Service melayani nasabah di Kantor Cabang Pembantu (KCP) Maybank Kalibesar Jakarta usai peresmian kembali, Kamis (6/9). KCP Maybank Kalibesar merupakan cabang yang beroperasi saat bank didirikan pada tahun 1959. Dengan beroperasinya kembali KCP m


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

Walhasil, menelisik pada hal-hal tersebut dan untuk menjaga agar agar investor terus tertarik memberi pinjaman ke Indonesia, untuk menutupi kebutuhan dolar yang besar tersebut, maka Bank Indonesia harus mempertahankan suku bunga tinggi.

Tetapi tentu keputusan BI sangat dilematis. Bila suku bunga dibiarkan di level tinggi maka akan menghambat pemulihan ekonomi. Serta, merugikan perusahaan dan nasabah perorangan yang mempunyai pinjaman dalam rupiah.

"Total kredit dalam rupiah mencapai Rp 5.000 triliun lebih (termasuk perusahaan pembiayaan). Dari jumlah tersebut, kredit konsumsi mencapai Rp 1.600 triliun. Kelompok peminjam rupiah ini sangat dirugikan dengan kebijakan moneter mempertahankan suku bunga tinggi yang notabene menguntungkan investor asing," imbuhnya. 

Baca Juga: Percepat pembangunan LRT Jabobek, KAI teken perjanjian kredit tambahan Rp 4,2 triliun

Berdasarkan hitung-hitungannya, setiap penurunan 1% bunga kredit sekurang-kurangnya akan memberi tambahan likuiditas Rp 50 triliun per tahun kepada kelompok peminjam rupiah. Praktis, penurunan bunga kredit yang ideal di masa resesi ini bisa mencapai 5% dibandingkan bunga kredit saat ini. Sehingga potensi kerugian masyarakat mencapai Rp 250 triliun per tahun.

Dus, Anthony memandang kerugian mempertahankan suku bunga acuan jauh melampaui bantuan stimulus fiskal. Sehingga, menghambat pemulihan ekonomi nasional. "Kebijakan moneter saat ini tersandera dengan kondisi ekonomi yang lemah: defisit transaksi berjalan yang akut dan ULN yang besar." pungkasnya. 

Selanjutnya: Ada pinjaman modal bisa tanpa agunan dari BNI, ini syarat dan bunga KUR mikro BNI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×