Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan bunga acuan memunculkan harapan adanya penurunan bunga simpanan. Sayangnya, hal tersebut ternyata tak semudah itu. Ada semacam sikap saling tunggu di antar bank sendiri untuk mengambil kebijakan penurunan bunga simpanan di tengah kondisi likuiditas ketat.
Bahkan data Bank Indonesia (BI) mencatat ada suku bunga simpanan di industri masih menunjukkan kenaikan untuk semua tenor per April 2025 secara bulanan. Kenaikan tertinggi terjadi di tenor satu bulan dan tiga bulan sekitar enam basis poin, masing-masing menjadi 4,84% dan 5,69%.
Padahal, BI dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan ke belakang telah menurunkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali. Penurunan bunga acuan terakhir dilakukan pada Mei 2025 menjadi 5,5%
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga simpanan sejatinya terbuka. Namun, ia menyadari bahwa proses transmisi itu tak bisa langsung dilakukan.
Baca Juga: Per April 2025, Nilai Transaksi Kartu Kredit Bank Mandiri Tumbuh 23%
Bahkan, Purbaya menilai ada fenomena bahwa bank ini saling menunggu untuk menurunkan bunga simpanan mereka. Menurutnya, kalau tidak ada bank yang memulai, penurunan suku bunga juga susah dilakukan.
“Mereka memerlukan sinyal untuk di level berapa sih suku bunga yang pas,” ujarnya, Selasa (27/5).
Dalam hal ini, Purbaya juga menjelaskan itu yang membuat pada akhirnya LPS memilih untuk memangkas tingkat bunga penjaminan sebanyak 25 basis poin untuk simpanan rupiah di bank umum dan BPR. Masing-masing menjadi 4% dan 6,5%.
“Pada saat sekarang, kami LPS seolah-olah berperan sebagai penentu sinyal itu,” ujar Purbaya.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan membenarkan bahwa dalam menurunkan suku bunga simpanan, pihaknya tentu memperhatikan suku bunga secara industri. Dalam hal ini, ia menyoroti langkah dari bank besar terlebih dahulu.
“Kami berusaha untuk menyelaraskan dengan pasar terutama bank-bank besar untuk menurunkan bunga simpanan,” ujar Lani.
Ia bilang seharusnya penurunan bunga acuan bank sentral memang tujuannya untuk menurunkan bunga simpanan. Sebab, itu bisa berdampak pada penurunan cost of fund yang selama ini dikeluhkan tinggi oleh Lani.
Baca Juga: LPS Pangkas Tingkat Bunga Penjaminan Jadi 4%
“Apabila bank besar juga dipacu untuk pertumbuhan kredit tinggi maka kebutuhan likuiditas akan tinggi sehingga penurunan cost of fund mungkin tidak seketika,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia bilang selama BI telah menurunkan bunga acuan sejak akhir tahun lalu, CIMB Niaga telah menunkan bunga simpanan setidaknya 50 basis poin. Hanya saja, Lani mengungkapkan sulit untuk deposito berjangka terutama korporasi.
Sementara itu, Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah bilang dengan tren suku bunga acuan dan pasar uang yang menurun, besar kemungkinan bunga simpanan di banyak bank, termasuk OK Bank, akan mengikuti.
Hanya saja, seperti bankir lainnya, Efdinal bilang hal tersebut tidak akan terjadi secara serempak atau simetris. Alasannya, tergantung strategi likuiditas dan kondisi masing-masing bank.
“Penyesuaian suku bunga simpanan di OK Bank diperkirakan bisa terjadi secara bertahap dalam enam bulan ke depan, tergantung pada kondisi likuiditas, struktur DPK,” ujar Efdinal
Adapun, Efdinal mengungkapkan suku bunga simpanan di OK Bank bervariasi dari tiap-tiap produk. Terbesar, suku bunga simpanan di OK Bank paling tinggi berada di kisaran 6,25%.
Selanjutnya: 20 Link Twibbon Hari Lanjut Usia Nasional 2025 Lengkap dengan Ucapan
Menarik Dibaca: 20 Link Twibbon Hari Lanjut Usia Nasional 2025 Lengkap dengan Ucapan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News