Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Sementara SEVP Treasury & Global Services BRI Listiarini Dewajanti mengatakan,pihaknya masih mengkaji dampak dari virus corona terhadap pembiayaan ekspor impor perseroan. Namun, dia menyakini dampaknya tidak akan besar terhadap BRI karena kredit ekspor impor perseroan tidak besar.
"Debitur yang punya ekspor impor langsung ke China yang pasti adalah korporasi. Porsi kredit korporasi BRI tidak besar, hanya sekitar 23% dan itu pun bukan semuanya eksportir. Dari eksportir tidak semua ke China. Jadi secara keseluruhan, dampaknya ke BRI tidak akan besar," kata Listiarini.
Baca Juga: Luncurkan produk tabungan baru, Bank BTN incar dana murah Rp 1,9 triliun
Listiarini menyakini penyaluran kredit ekspor impor BRI tahun ini masih akan tetap bisa tumbuh. Namun, pertumbuhan tersebut menurutnya tidak akan besar.
Transaksi trade finance BRI mencapai US$ 69,12 miliar pada 2019 atau naik 24% YoY. Kenaikan didorong membaiknya harga beberapa komoditas yang ditransaksikan nasabah perseroan seperti pertambangan, produk kelapa sawit berserta turunannya, serta adanya peningkatan pelayanan transaksi trade finance dalam negeri (domestik) khususnya pada sektor perdagangan dan infrastruktur.
Dari trade finance, BRI membukukan fee based income Rp 1,85 triliun atau tumbuh 27% YoY. Sedangkan tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan fee dari bisnis itu bisa mencapai Rp 2,2 triliun.
Baca Juga: Korban virus corona bertambah, rupiah kembali melemah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News