Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
Ketika itu, kantor pusat di Jakarta, mengirim data informasi seluruh nasabah. Manulife ingin memberi kemudahan dalam proses klaim, termasuk dokumen-dokumen yang diminta. Pencairan juga dipercepat. Tak hanya itu, seluruh nasabah yang terdampak bencana juga mendapat keringanan berupa pembebasan pembayaran premi selama satu tahun. Seluruh premi selama satu tahun itu ditanggung Manulife Indonesia.
Sejumlah agen Manulife di Palu mengakui, kepedulian Manulife itu mendapat sambutan positif bagi masyarakat Palu. Hal itu ternyata sangat berkesan di hati mereka.Makanya, saat ini, agen tidak kesulitan ketika berkisah tentang pentingnya proteksi bagi keluarga.Magi Maya, salah satu agen Manulife mengakui, kunjungan masyarakat ke kantor Manulife bertambah sekitar 20 persen dari sebelum terjadi tragedi gempa bumi.
“Walaupun memang banyak dari mereka belum bersedia membeli polis karena memang perekonomian masih belum mendukung. Tetapi setidaknya, dengan mereka datang saja itu sudah cukup bagus bagi kami,” ujar dia.
Baca Juga: Kejaksaan Agung periksa 9 saksi terkait dugaan korupsi Jiwasraya
Tak hanya itu, kepedulian Manulife terhadap para agen juga membuat jumlah agen bertambah yang sebelumnya hanya 79 orang, kini menjadi sekitar 90 orang. Adi G Yusuf, nasabah Manulife asal Palu mengisahkan, kedua orangtuanya, beserta empat pegawai, dan satu pengunjung tewas saat bangunan restoran “Dunia Baru” milik keluarga Adi runtuh.
Ia selamat karena ketika itu berada di lantai dua. Tak lama setelah kejadian, pihak Manulife datang dan mengurus proses pencairan asuransi.
“Kami diberitahu bahwa semua dipermudah pengurusan pencairan dan semacamnya, termasuk dokumen-dokumennya. Jujur, kami tenang. Apalagi habis gempa, kami butuh dana tambahan, soalnya apa-apa serba mahal, dan tidak bisa membuka rekening dan segala macam. Ternyata penanganan Manulife cepat, sekitar dua minggu, sudah cair,” kisah Adi yang mengaku memperoleh dana sekitar Rp 550 juta dari Manulife untuk dua polis yang dimiliki mendiang ibunya.
Hal senada dikatakan Sufiaty Sonrang, pensiunan pegawai Pemprov Sulteng yang suaminya, Suparman Hasan, tewas tertimpa pagar beton saat gempa terjadi. Saat gempa, ia mengungsi ke Makassar. Baru lima hari di Makassar, ia dihubungi pihak Manulife yang ingin memproses pencairan untuk klaim polis suaminya.
“Semuanya serba cepat dan mudah, dokumennya pun sederhana, cukup surat kematian dan kartu keluarga, karena memang Manulife memahami, saat tragedi, pasti banyak keluarga yang kesulitan dengan barang-barang serta dokumen milik mereka,” papar Sufiaty.
Baca Juga: Beberapa perusahaan asuransi sepakat OJK tingkatkan kewajiban modal minimum