Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati bunga simpanan terus menunjukkan tren penurunan sejak tahun lalu, pertumbuhan simpanan nasabah perbankan tetap gendut.
Menurut catatan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) jumlah rekening simpanan pada bulan Januari 2021 ini mengalami kenaikan 16,4% secara year on year (yoy), menjadi 352,72 juta rekening per Januari 2021, lebih besar dibandingkan bulan yang sama tahun lalu yaitu sebanyak 303,13 juta rekening.
Begitu pula bila dibandingkan dengan jumlah rekening pada bulan sebelumnya (Desember 2020), jumlah rekening simpanan masyarakat bertambah sebesar 2,4 juta rekening. Kemudian, di bulan Januari 2021 nominal simpanan masyarakat juga mengalami kenaikan sebesar 10% yoy dari sebesar Rp 6.035 triliun menjadi Rp 6.639 triliun.
Sedangkan bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Desember 2020), jumlah nominal simpanan masyarakat mengalami sedikit penurunan sebesar -1,45% secara month on month (mom) dari Rp 6.737 triliun menjadi Rp 6.639 triliun.
Baca Juga: Dorong penguatan ekonomi masyarakat, OJK resmikan dua bank wakaf mikro di Surakarta
Lana Soelistianingsih, Kepala Eksekutif LPS menjelaskan pada awal tahun 2020, simpanan perbankan cenderung mulai menurun bila dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2020 lalu.
Menurut data historis LPS, penurunan tersebut merupakan siklus bulanan yang umum terjadi pada awal tahun. Sebab, di awal tahun terutama kuartal I nasabah cenderung melakukan penarikan terutama pada nasabah segmen perusahaan untuk keperluan bisnisnya.
"Hal ini mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi mulai menunjukkan aktivitas yang membaik khususnya pada kegiatan usaha,” ujarnya, Jumat (5/3).
Kemudian, bila merujuk pada Indikator Likuiditas yang dirilis LPS, pihaknya memperkirakan tren Dana Pihak Ketiga (DPK) masih akan tumbuh tinggi. Sejalan dengan penyaluran kredit yang masih lesu, kendati tidak serendah tahun lalu. "Laju pertumbuhan DPK diperkirakan masih akan tetap lebih tinggi meskipun tren suku bunga simpanan perbankan masih cenderung menurun," tulis LPS.
Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem mengatakan, tren pertumbuhan simpanan memang terus terjadi sejak tahun lalu. Bank swasta terbesar di Tanah Air ini menyebut pada tahun lalu total dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 19,3% secara year on year (yoy) menjadi Rp 840,8 triliun.
Baca Juga: LPS mencatat jumlah rekening simpanan pada Januari 2021 tumbuh 16,4%
Kemudian kalau dirinci, pertumbuhan paling tinggi terjadi di dana murah yakni mencapai 21% secara tahunan hingga menembus Rp 643,9 triliun. Sementara itu, kendati bunga deposito terus melandai, faktanya di BCA deposito berjangka masih tumbuh 14% yoy menjadi Rp 196,9 triliun.
Di tahun 2021, kondisi pandemi Covid-19 masih berlanjut. Kendati demikian, Santoso berharap ekonomi dalam negeri bisa segera pulih. Dengan begitu, tren pertumbuhan pun bisa terus berlanjut.
"Kami tetap berharap geliat perekonomian di Indonesia akan bangkit kembali seiring dengan pemulihan yang saat ini mulai berjalan disertai dengan penerapan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan strategis dari regulator dan otoritas perbankan," terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (7/3).
Sementara itu, Direktur Treasury & International Banking PT Bank Mandiri Tbk Panji Irawan mengatakan di bulan Desember 2020 lalu total DPK perseroan meningkat 12,24% yoy menjadi Rp 1.047,3 triliun. Hal ini menurutnya ditopang oleh laju pertumbuhan giro yang masif mencapai 20,13% yoy menjadi sebesar Rp 284 triliun.
Pihaknya menilai, DPK kemungkinan akan masih tetap tumbuh. Sejalan dengan rencana bisnis perseroan. Bank Mandiri misalnya akan melakukan strategi efisiensi beban operasional dan biaya dana. Termasuk memperkuat rasio dana murah lewat peningkatan layanan digital banking dan Mandiri Cash Management.
Baca Juga: Perbankan semakin aktif meluncurkan produk dan layanan digital
Di sisi lain, Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah menilai tren DPK sangat dipengaruhi oleh konsumsi atau belanja masyarakat. Nah, sepanjang tahun lalu hingga saat ini pandemi Covid-19 membuat aktivitas sosial ekonomi masyarakat terbatasi. Walhasil, belanja masyarakat pun ikut melemah. "Selama masih ada pandemi yang membatasi aktivitas sosial ekonomi, maka konsumsi belum akan normal atau secara pertumbuhan masih akan negatif," ujarnya.
Tapi, kabar baiknya dalam beberapa bulan terakhir perekonomian secara bertahap mulai membaik. Namun, masih tercatat negatif. Pemerintah bahkan masih melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Artinya, bila kondisi ini berlanjut maka DPK masih akan tumbuh di atas normal.
"Aktivitas sosial ekonomi masih dibatasi. Pertumbuhan konsumsi masih negatif, sebagian besar masyarakat meskipun memiliki daya beli masih menahan konsumsi mereka," terang Piter.
Selanjutnya: Raih keuntungan kombo lewat bundling bunga deposito dan tabungan dari J Trust Bank
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News