Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Meski digitalisasi sistem pembayaran terus berkembang dan menggerus penggunaan uang tunai, kebutuhan uang tunai diproyeksi masih tetap tinggi, terutama pada momen libur panjang seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru) serta hari raya keagamaan lainnya.
Advisor Banking & Finance Development Center Moch Amin Nurdin mengatakan, kebutuhan uang tunai masih tak terelakkan karena faktor budaya dan pola mobilitas masyarakat. Pada periode Nataru, misalnya, peredaran uang tunai tahun lalu tercatat menembus Rp 130 triliun, didorong oleh arus mudik, tradisi pemberian hadiah, oleh-oleh, hingga angpau yang masih identik dengan uang fisik.
“Wilayah seputar Jawa biasanya mengalami lonjakan, terutama di kawasan pariwisata, hotel, dan UMKM yang menyediakan buah tangan khas momen Nataru. Ini ikut mendorong pergerakan ekonomi daerah,” ujar Amin kepada Kontan, Minggu (14/12/2025).
Baca Juga: Sambut Nataru, Perbankan Memproyeksikan Kebutuhan Uang Tunai Meningkat
Amin menambahkan, sentralisasi pengelolaan uang kartal yang dilakukan perbankan saat ini sudah cukup efektif untuk mengontrol mekanisme peredaran uang, sehingga pengawasan menjadi lebih mudah dan terukur. Ke depan, uang tunai masih akan menjadi penopang aktivitas ekonomi, mengingat belum seluruh masyarakat Indonesia bertransaksi secara digital.
Namun demikian, Amin mengingatkan ada sejumlah hal yang perlu terus dicermati, mulai dari ketersediaan uang tunai, kemudahan akses, keamanan, hingga jaminan dari perbankan agar seluruh proses tersebut berjalan optimal bagi masyarakat.
Senada, Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai kebutuhan uang tunai di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi dan berpotensi terus meningkat. Faktor kultural menjadi alasan utama, di mana masyarakat masih memiliki kebiasaan memberikan uang tunai kepada sanak saudara saat hari raya.
“Kebiasaan ini hampir terjadi di seluruh Indonesia. Selain itu, transaksi di pasar tradisional juga masih sangat membutuhkan uang tunai,” kata Trioksa.
Meski transaksi digital tumbuh pesat, terutama di wilayah perkotaan dan kalangan muda, Trioksa menilai uang tunai tetap memiliki peran penting. Bahkan di berbagai negara maju sekalipun, transaksi tunai masih diterima dan digunakan.
Dari sisi perbankan, Trioksa menilai kondisi likuiditas bank saat ini tergolong baik. Oleh karena itu, bank dinilai wajar jika tetap mencadangkan uang tunai dalam jumlah besar untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan masyarakat pada momen libur panjang, dengan potensi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga: OJK: Kalangan Usia 26 Tahun Sampai 35 Tahun Paling Banyak Terjerat Pinjol Ilegal
Selanjutnya: Fenomena Prop Trading: Gen Z & Milenial Kejar Cuan di Pasar Modal
Menarik Dibaca: Dampak Bibit Siklon Tropis 93S Meluas, Cuaca Hujan Lebat di Jawa Bali Nusa Tenggara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













