kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski industri lesu, saham emiten multifinance masih moncer


Minggu, 15 Agustus 2021 / 15:19 WIB
Meski industri lesu, saham emiten multifinance masih moncer
ILUSTRASI. BFI Finance


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri multifinance lesu akibat pandemi Covid-19 ternyata tak terlalu berpengaruh terhadap harga saham dari perusahaan di sektor tersebut di tahun ini. Bahkan sejumlah emiten di sektor multifinance masih mencetak kenaikan saham secara year-to-date (ytd).

Per Jumat (13/8), ada enam dari 10 emiten multifinance yang sahamnya masih tumbuh sepanjang tahun 2021. Lihat saja, saham BFI Finance (BFIN) melesat 94,64% secara ytd dan ditutup di level Rp 1.090 pada akhir pekan lalu. 

Padahal, kinerja pendapatan dari BFIN di semester I-2021 turun 19,65% secara tahunan (yoy) jadi Rp 1,96 triliun. Namun, perusahaan berhasil kerek laba bersih hingga 46,7% yoy menjadi Rp 487,4 miliar.

Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono mengatakan, kenaikan saham perusahaan sebenarnya merupakan dinamika di pasar saham. Mengingat, investor ritel pada saham BFIN saat ini cukup besar sehingga volume transaksi dari saham perusahaan pun menjadi sangat likuid.

Baca Juga: PPKM diklaim belum beri dampak signifikan pada NPF multifinance

“Dulu pemegang saham BFIN hampir 90% asing, tapi sekarang porsi investor domestik sudah meningkat signifikan,” jelas dia. 

Sementara itu, perusahaan multifinance yang tidak terafiliasi bank atau korporasi besar lainnya ini mengaku tidak menyiapkan rencana ekspansi apapun hingga akhir tahun ini di luar rencana yang sudah diajukan ke OJK. 

Sekadar informasi, BFI Finance telah menerbitkan dua obligasi di tahun ini. Pertama, obligasi senilai Rp 600 miliar diterbitkan pada bulan Mei lalu dan obligasi kedua yang memiliki nilai sebesar Rp 1 triliun.

 

Setelah BFI Finance, ada KDB Tifa Finance juga berhasil tumbuh 65,18% ytd di level Rp 925 per saham. Padahal, pendapatan perusahaan yang memiliki kode saham TIFA ini turun 31,90% menjadi Rp 55,47 miliar. Hanya saja, perusahaan juga sukses kerek laba bersih sebesar 13,42% di paruh pertama tahun ini menjadi Rp 15,73 miliar.

Melihat hal tersebut, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, industri multifinance saat ini sejatinya sudah mulai terlihat membaik seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang juga melonjak dibandingkan awal pandemi Covid-19 di tahun lalu.

Oleh karena itu, Wawan melihat, ada kepercayaan dari investor bahwa industri multifinance ini masih akan terus naik dengan pendapatan yang diharapkan juga semakin membaik.

“Kalau ekonomi membaik pasti kan kebutuhan pendanaan seperti untuk membeli mobil atau motor juga ikut meningkat sehingga peran leasing (multifinance) disitu turut dibutuhkan,” kata dia. 

Baca Juga: BCA Finance tetap jaga optimisme di tengah pandemi

Hanya saja, Wawan mengingatkan, perusahaan  multifinance saat ini sedang menjumpai masalah baru terkait adanya aturan pembatasan kegiatan yang masih ditetapkan pemerintah. Menurutnya, aturan tersebut dapat berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan di kuartal III-2021. 

Dengan demikian, dirinya bilang kalau saat ini investor sebaiknya wait and see terlebih dahulu jika ingin mengoleksi saham emiten di industri multifinance. Namun, ia percaya ketika pembatasan sudah mulai dilonggarkan kinerja emiten-emiten terkait akan segera bangkit mengingat ekonomi Indonesia juga sudah tumbuh 7,07%.

“Ya kalau sekarang mau masuk ke industri keuangan ya mending ke bank dulu terutama bank besar yang punya anak usaha bank digital. Untuk yang industri keuangan non bank kayak asuransi dan multifinance saat ini wait and see,” pungkas Wawan.

Selanjutnya: Kebutuhan pinjaman meningkat, industri keuangan berlomba tawarkan bunga pinjaman mini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×