Reporter: Aloysius Brama | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dalam Laporan Analisis Uang Beredar Januari 2019 menyatakan bahwa perkembangan dana pihak ketiga (DPK) perbankan mengalami perlambatan, termasuk instrumen giro.
Per Januari 2019, penghimpunan dana lewat giro mencapai Rp 1.155,3 triliun. Jumlah tersebut hanya tumbuh 1,9% bila dibandingkan Januari 2018, di mana terdapat Rp 1.134 triliun tabungan giro yang bisa dihimpun oleh industri perbankan.
Pun bila dibandingkan dengan angka di bulan Desember 2018, malah terjadi penurunan pada instrumen giro. Pada saat itu dana giro yang terhimpun mencapai Rp 1.213,9 triliun alias naik 5,2% dibanding November 2018.
Kondisi perlambatan pertumbuhan giro tersebut terjadi juga pada bank pelat merah, seperti PT Bank Negara Indonesia (BNI). Per Januari 2019, BNI menghimpun Rp 144,219 triliun dana giro. Angka tersebut memang naik dibanding Desember 2018 dimana BNI menghimpun Rp 117,275 triliun.
Tapi meski tumbuh, Direktur Keuangan BNI Anggoro Cahyo Putro menilai pertumbuhan dana giro itu cenderung melambat. Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran sektor riil seperti sektor industri belum bergerak aktif pada kuartal pertama tahun 2019.
Hal itu dapat nampak dari pencairan anggaran pemerintah seperti APBN 2019 yang belum optimal. “Maka simpanan giro sebagai instrumen pembayaran para debitur atau pelaku usaha juga melambat,” kata Anggoro ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (21/3).
Walau saat ini melambat, namun Anggoro optimistis simpanan giro akan meningkat pada kuartal kedua tahun ini seiring dengan lancarnya laju sektor riil ke depan.
Setali tiga uang, Direktur Utama Bank Mayapada, Haryono Tjahjarijadi menilai perlambatan giro hanya bersifat sementara. “Biasanya hal tersebut terjadi karena kebutuhan nasabah saja, bukan karena hal khusus. Dan dalam waktu tidak lama akan masuk kembali dananya”, kata Haryono.
Di Bank Mayapada sendiri pertumbuhan giro disebut Haryono relatif stabil. Dalam laporan bulan Januari 2019, Bank Mayapada menghimpun dana giro sebesar Rp 3,495 triliun. Angka tersebut naik dari posisi bulan Desember 2018 yakni sebesar Rp 3,024 triliun.
Menurut Haryono, pertumbuhan angka tersebut masih wajar. “Pertumbuhan itu masih terhitung stabil. Bukan sebuah lonjakan atau perlambatan kalau bagi Mayapada”, terangnya.
Mayapada sendiri tidak menargetkan secara spesifik berapa pertumbuhan dana giro yang akan dihimpun pada tahun ini. “Yang jelas kami fokus pada target pertumbuhan dana secara keseluruhan di tahun ini yaitu 7% sampai 9% dari tahun lalu”, katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News