kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.555.000   9.000   0,58%
  • USD/IDR 16.190   15,00   0,09%
  • IDX 7.089   24,28   0,34%
  • KOMPAS100 1.050   2,99   0,29%
  • LQ45 820   -0,96   -0,12%
  • ISSI 212   2,00   0,95%
  • IDX30 421   -0,80   -0,19%
  • IDXHIDIV20 504   -0,45   -0,09%
  • IDX80 120   0,40   0,33%
  • IDXV30 124   0,56   0,46%
  • IDXQ30 139   -0,48   -0,34%

Meski Mudah, UMKM Ini Tak Melulu Mengandalkan Utang di BRI


Minggu, 17 Maret 2024 / 14:37 WIB
Meski Mudah, UMKM Ini Tak Melulu Mengandalkan Utang di BRI
ILUSTRASI. Seorang pedagang bunga di Pasar Rawa Belong


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya tingkat inklusi keuangan dibandingkan literasi terkadang bisa menimbulkan masalah. Alhasil, orang dengan mudahnya mendapat utang namun tak paham bahwa utang perlu digunakan untuk hal yang bersifat produktif dan wajib dikembalikan.

Dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri mencatat tingkat literasi keuangan Orang Indonesia di level 49,68%. Sementara,  tingkat inklusi berada jauh lebih tinggi yaitu di level 85,1%

Dari minimnya orang yang sudah terliterasi tersebut, ada Mochtar, salah seorang pedagang bunga di Pasar Rawa Belong. Dalam menjalankan bisnisnya, ia selalu dimudahkan oleh akses permodalan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI.

Saat ditemui di kiosnya yang berukuran hanya sekitar 4x4 itu, Mochtar bercerita bahwa dirinya hanya akan mengandalkan utang di BRI jika benar-benar butuh. Padahal, ia menjadi salah satu UMKM binaan BRI tertua di pasar itu.

Baca Juga: Bidik Merchant Kecil Dan Menengah, BRI Perluas Jumlah QRIS

Sebagai pedagang yang sudah menjadi nasabah sejak 2008 itu, Mochtar sejatinya sudah bisa mendapatkan fasilitas kredit hingga Rp 500 juta. Namun, karena ia menilai tak ada kebutuhan sebesar itu dan dana untuk mengangsurnya dinilai terlalu besar, fasilitas itu tak diambil.

”Saya ini kalau ambil utang juga selalu memperhitungkan pendapatan bisa untuk mengangsur atau tidak, itu kan kadang yang bikin deg-degan” ujarnya saat ditemui KONTAN, belum lama ini.

Pola pikir tersebut memang sudah tertanam dalam diri Mochtar sejak awal mengambil utang di salah satu bank pelat merah ini. Di saat pertama kali, ia hanya mengajukan utang sesuai dengan kebutuhannya.

Ia mengenang di tahun tersebut dirinya ingin memperbesarkan bisnisnya dengan membeli bunga di petani-petani yang memang belum dikenal. Kondisinya, jika pedagang seperti Mochtar membeli bunga di petani yang tidak kenal maka mau tidak mau harus langsung bayar.

Baca Juga: Layani Nasabah, BRI Ajak Hotel dan Rumah Sakit Jadi Rekanan Merchant

”Saat itu saya memang ingin menambah koleksi bunga yang tidak dimiliki oleh petani langganan,” kenangnya.

Dengan kondisi tersebut, Mochtar pun mengajukan pinjaman senilai Rp 50 juta. Sayangnya, karena itu merupakan kali pertama dirinya mengajukan kredit ke BRI, maka pinjaman yang disetujui hanya Rp 25 juta. 

Mochtar bercerita besaran pinjaman tersebut dia memutuskan untuk mengambil jatuh tempo selama lima bulan. Alasannya, ia yakin memiliki kemampuan mencicil tiap bulan sekitar Rp 5 juta. 

”Tapi waktu itu disarankan untuk enam bulan dengan iming-iming bonus Rp 600 ribu, akhirnya ya saya ambil,” ujarnya.

Kebutuhan pinjaman permodalan yang mudah seperti dari BRI memang cukup membantu Mochtar sebagai pedagang bunga. Sebab, pedagang bunga ini tak selalu untung. 

Pria asal Jawa Timur ini menceritakan ada periode waktu tertentu yang memang menjadi saat dirinya rugi. Namun, kerugian tersebut selalu tertutup di saat-saat permintaan bunga sedang naik.

Baca Juga: Qlola by BRI, Dukung Nasabah Korporasi Kelola Transaksi

”Misal kalau lagi valentine atau hari ibu, itu keuntungannya bisa naik 30%, jadi rugi di bulan-bulan sebelumnya tertutup,” tambahnya.

Kini, setelah menggeluti bisnis ini sejak tahun 1995, Mochtar sudah paham betul bagaimana cara berbisnis bunga. Dengan keuntungan sekitar Rp 180 juta per tahun, ia mengetahui kapan harus pinjam di BRI dan kapan memang pinjaman itu tidak dibutuhkan.

Herry, mantri BRI yang saat ini mendampingi UMKM di kawasan Rawa Belong, mengakui bahwa Mochtar memiliki riwayat yang bagus dalam mencicil utangnya. Ia mengenal Mochtar sebagai sosok yang produktif.

Alhasil, Mochtar pun kini dipercayai sebagai semacam ketua dari UMKM binaan BRI di wilayah tersebut. Salah satu fungsinya, menjadi salah satu informan jika ada pedagang baru yang ingin mengajukan utang ke BRI.

”Jadi kadang saya tanya ke beliau, orang ini kira-kira profilingnya seperti apa,” ujar Hery.

Meski demikian, Hery menegaskan bahwa itu juga bukan menjadi satu-satunya cara BRI untuk mengetahui profil risiko dari nasabahnya. Tentu, ada beberapa ketentuan dari pusat yang memang sudah menjadi cara bank melakukan manajemen risiko.

”Mayoritas UMKM di sini juga kreditnya lancar semua,” tandas Hery.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×