kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.059   74,66   1,07%
  • KOMPAS100 1.056   15,52   1,49%
  • LQ45 830   12,90   1,58%
  • ISSI 213   1,03   0,49%
  • IDX30 423   7,36   1,77%
  • IDXHIDIV20 510   7,89   1,57%
  • IDX80 120   1,78   1,50%
  • IDXV30 125   0,71   0,57%
  • IDXQ30 141   2,12   1,52%

Meski pandemi, aset investasi industri asuransi jiwa terus bertumbuh di pasar modal


Minggu, 18 Juli 2021 / 15:44 WIB
Meski pandemi, aset investasi industri asuransi jiwa terus bertumbuh di pasar modal
ILUSTRASI. Aktivitas telemarketer di kantor telesales BNI Life Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pandemi Covid-19 yang kembali bergejolak tak mempengaruhi aset investasi industri asuransi jiwa yang justru terus tumbuh di pasar modal. Aset reksadana menjadi yang terbesar untuk portofolio aset investasi industri tersebut.

Jika melihat data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pada kuartal I-2021, industri asuransi jiwa mengalokasikan investasi sebesar 62% atau setara Rp 316,68 triliun di pasar modal dalam bentuk reksadana dan saham serta Rp 89,45 triliun atau memiliki porsi 17,5% dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN).

Kalau mau dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tiga aset ini sama-sama mengalami pertumbuhan. Untuk reksadana tumbuh 16,9% year-on-year (yoy), sedangkan untuk saham dan SBN masing-masing tumbuh  25,04% yoy dan 15,76% yoy.

“Aset di saham itu terus tumbuh kan karena banyak saham bagus yang lagi pada murah. Dan jangan lupa, industri asuransi jiwa umumnya berinvestasi dalam jangka panjang,” ujar Direktur Eksekutif Togar Pasaribu kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Baca Juga: Pemilikan SBN meningkat, begini upaya bank geliatkan penyaluran kredit di semester II

Namun Togar bilang, meskipun harga saham sedang murah, khususnya yang emiten bagus, bisa menjadi kesempatan yang baik untuk menambah aset investasi saham, aset reksadana dinilai masih akan menjadi aset dengan portofolio terbesar. Hal ini mengingat aset reksadana risikonya relatif lebih rendah dibanding saham.

“Beberapa tahun belakangan ini, alokasinya selalu sama. Reksadana paling besar, kemudian saham.  Ke depan mungkin gak akan ada perubahan,” tambah Togar.

Prudential Life sebagai salah perusahaan asuransi jiwa mengaku mengalami pertumbuhan aset investasi hingga kuartal I kemarin. Perusahaan mencatat  pertumbuhan mencapai 17% menjadi Rp67,3 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Chief Investment Officer Prudential Indonesia Novi Imelda bilang kalau kinerja tersebut berhasil diraih berkat strategi investasi yang diterapkan bersama Eastspring Indonesia dalam mengelola dana investasi nasabah, ditunjang oleh faktor eksternal berupa pemulihan sektor ekonomi nasional serta program vaksinasi Covid-19 massal dari pemerintah.

Ke depan, Prudential Life akan fokus menempatkan dana investasi saham di berbagai sektor yang cenderung tangguh ketika pertumbuhan ekonomi melambat dan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang yang diharapkan dapat mengurangi volatilitas. 

“Sedangkan untuk dana investasi obligasi, kami berkonsentrasi pada obligasi pemerintah yang dianggap lebih likuid,” ujar Novi kepada KONTAN.

Pertumbuhan aset investasi juga dialami oleh BNI Life. Perusahaan mencatat total aset investasi hingga Juni 2021 sebesar Rp 19.3 triliun yang berarti naik sebesar 11.4% yoy, 

“Kenaikan ini dipengaruhi oleh penerimaan premi dan juga hasil Investasi, dimana pencapaian hasil Investasi nonlink kami secara year-to-date sampai Juni 2021 adalah sebesar 99.8% dari budget,” ujar Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan.

Anak usaha dari bank berlogo 46 ini memiliki porsi aset investasi terbesar dari fixed income yang termasuk komposisi dalam reksa dana juga sebesar Rp 14 triliun atau 73% dari total portfolio. Eben bilang porsi terbesar di fixed income dikarenakan marketnya cenderung lebih stabil dibandingkan pasar saham yang cukup volatile saat ini.

Eben juga menjelaskan di paruh kedua tahun ini, pihaknya akan melakukan trading dengan memanfaatkan momentum dengan membeli potential IPO  dan menurunkan alokasi pasar uang untuk memaksimalkan investasi dengan tetap berpedoman pada kebijakan strategi investasi perusahaan dan ketentuan regulator.

“Pasar uang kami kurangi larinya ke bonds pemerintah dan juga saham perusahaan berbasis digital yang akan IPO karena kalau ada story digitalnya biasanya bagus. Kami juga masih berani menempatkan aset di saham karena prediksi akhir tahun dari analis masih ada kesempatan untuk harga index bisa lebih bagus dibanding saat ini,” jelas Eben.

Baca Juga: Perusahaan Asuransi Kejar Premi Lewat Agregator

Ada lagi BRI Life yang juga mengalami pertumbuhan aset investasi per Juni 2021 yang mencapai 34% yoy. Ini berarti total aset investasi perusahaan saat ini mencapai sekitar Rp13,6 triliun.

Asal tahu saja, porsi terbesar aset investasi BRI Life ditempatkan pada Surat Utang Negara yang mencapai 50%. Hal ini seusai dengan karakteristik liabilitas yang sifatnya jangka panjang.

“Kami terus sesuaikan asset yang ada dengan karakteristik liabilities dan jaga likuiditas untuk bisa bayar klaim, dan kami optimalkan return dalam koridor ini,” ungkap Direktur Utama BRI Life, Iwan Pasila.

Selanjutnya: Gandeng Prudential Life, OVO sediakan PRUTect Care - Hospital Cash

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×