Reporter: Christine Novita Nababan, Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kurs rupiah semakin loyo terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Kemarin, rupiah melemah lagi ke level Rp 14.285 per dollar AS. Hari sebelumnya, rupiah berada di posisi Rp 14.234.
Para bankir pun mulai berjaga-jaga dengan melakukan uji ketahanan alias stress test andai nilai tukar rupiah terus terpuruk. Malah, sejumlah bank melakukan uji ketahanan dengan skenario rupiah terperosok dalam.
Hasilnya, sejumlah bank itu mengklaim daya tahannya masih cukup kuat. Ambil contoh, Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah melakukan simulasi stress test rupiah hingga di posisi Rp 18.000. "Rasio kecukupan modal (CAR) kami tidak terpengaruh, masih memenuhi aturan bahkan jika nilai tukar menyentuh Rp 18.000," kata Muhamad Ali, Senior Executive Vice President BRI, kemarin.
Namun, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) BRI akan meningkat. Dari simulasi BRI, NPL bisa mencapai 2,5%, jika kurs rupiah anjlok hingga Rp 16.000.
Saat ini, NPL emiten berkode saham BBRI tersebut sebesar 0,66%. "Kami banyak bermain di segmen ritel dan mikro. Segmen ini lebih tahan guncangan," tutur Ali.
Bank Mandiri juga sudah melakukan stress test dengan berbagai level rupiah. “Kami sudah melakukan stress test di baseline Rp 13.500, dan moderat di level 15.800, dan hasilnya masih oke,” ujar Budi Gunardi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri.
Secara fundamental, kinerja Bank Mandiri hingga Agustus 2015 masih bagus. Direktur Keuangan Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menambahkan, rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) Bank Mandiri masih rendah dengan pencadangan yang optimal.
Menurut Kartika, kalau pada semester I 2015 NPL Bank Mandiri meningkat menjadi 2,43% dari 2,23%, itu lebih disebabkan kelesuan bisnis komoditas.
Rasio kredit macet
Tidak hanya stress test, Bank Negara Indonesia (BNI) bahkan mengaku juga melakukan reverse test. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kondisi ekonomi dan pelemahan nilai tukar bisa melumpuhkan bisnis BNI. Hasilnya, kata Achmad Baequni, Direktur Utama BNI, kesehatan BNI masih aman.
Baiquni mengatakan, BNI masih jauh dari risiko penciutan rasio kecukupan modal dan kredit macet. Dus, sejauh ini BNI belum khawatir dengan pelemahan rupiah.
Lebih rinci, Baiquni menyebutkan, dari hasil uji ketahanan, jika rupiah menembus level Rp 15.000, CAR BNI masih berada di kisaran 14%. "Skema kami malah rupiah sampai Rp 20.000 per dollar AS, dan CAR saat itu masih di atas 10%," ujarnya.
Dari sisi NPL, memang bisa naik menjadi 3%. Namun itu masih di bawah ambang batas yang disarankan Bank Indonesia (BI) yang sebesar 5%. "Stress test kami lakukan setiap bulan. Dari tes terakhir, masih jauh dari yang dikhawatirkan," kata Baiquni.
Sedangkan Bank OCBC NISP mengaku, telah melakukan stress test dengan skenario rupiah hingga Rp 16.000 per dollar AS. Direktur Utama OCBC NISP, Parwati Surjaudaja bilang, dari hasil stress test NPL bisa naik ke level 2,5%–3%. "Tapi, loan to deposit ratio (LDR) masih terjaga di level 87% dan CAR sebesar 16%,” kata Parwati.
Sampai akhir tahun, Parwati berharap pertumbuhan kredit NISP bisa 15%. Adapun NPL akan dijaga di bawah 3% dan CAR sebesar 16%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News