kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45900,36   7,77   0.87%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mulai pulih, OJK catat restrukturisasi kredit perbankan turun


Minggu, 31 Oktober 2021 / 13:11 WIB
Mulai pulih, OJK catat restrukturisasi kredit perbankan turun
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi menggunakan ATM di kantor cabang Jakarta, Jumat (2/7). Mulai pulih, OJK catat restrukturisasi kredit perbankan turun.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tren restrukturisasi kredit mulai menurun seiring dengan pemulihan ekonomi nasional. Hingga data terakhir, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat restrukturisasi kredit sudah mencapai Rp 738,60 triliun. 

"Ini sudah menurun secara bertahap (gradual), yang puncaknya pernah mencapai Rp 900 triliun," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) triwulan III-2021 pekan lalu. 

Wimboh menyebutkan, porsi restrukturisari dari UMKM sebesar Rp 276,36 triliun yang terdiri dari 3,3 juta debitur. Sementara untuk korporasi, nilai restrukturisasi cukup besar yakni Rp 462,32 triliun dari 1,27 juta debitur.

"Ini adalah fakta - fakta bahwa memang sudah membaik, terutama didukung dengan fakta kredit 200 debitur besar yaitu korporasi besar juga sudah membaik," kata Wimboh. 

Baca Juga: Kantongi laba Rp 19,2 triliun, begini kinerja Bank Mandiri sampai kuartal III

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), misalnya, mencatat penurunan restrukturisasi kredit menjadi Rp 90,1 triliun pada September 2021. Nilai itu turun Rp 6,4 triliun dari realisasi Juni 2021 yakni Rp 96,5 triliun. 

Restrukturisasi itu disumbang oleh beberapa sektor. Mulai dari sektor jasa konstruksi infrastruktur Rp 21,1 triliun, hotel, restoran dan akomodasi Rp 7,0 triliun, jasa transportasi Rp 6,0 triliun, energi dan air Rp 6,0 triliun. Lalu perdagangan eceran makanan, minuman dan rokok Rp 4,8 triliun. 

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengungkapkan, penurunan tersebut seiring membaiknya perekonomian di sektor telekomunikasi, energi, air, infrastruktur, dan minyak kelapa sawit (CPO) sehingga memperbaiki kualitas aset bank. 

"Penurunan ini disebabkan karena lunasnya kredit restrukturisasi, pembayaran, dan para debitur kami yang sudah recover dari krisis," ungkapnya. 

Dengan realisasi itu, Bank Mandiri percaya penurunan restrukturisasi kembali berlanjut. Bank pelat merah ini akan menjaga nilai restrukturisasi kredit di angka Rp 80 triliun - Rp 85 triliun sampai akhir tahun. 

Baca Juga: Sejumlah bank besar optimistis penyaluran kredit bisa tumbuh lebih tinggi di 2022

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus melakukan kajian secara rutin terkait kemampuan pembayaran kredit debitur yang direstrukturisasi. Hal sejalan dengan tujuan perusahaan untuk membantu debitur yang terkena dampak Covid-19. 

Hingga September 2021, terdapat 12% dari total kredit yaitu senilai Rp 70,9 triliun yang merupakan kredit restruktur kolektibilitas 1.  Pada kuartal III 2021, terdapat sekitar Rp 7 triliun nasabah yang sudah masuk ke kategori normal atau tidak restruktur lagi. 

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengungkapkan, trend pembayaran kredit nasabah ke depan diharapkan akan terus membaik. 

Baca Juga: BRI proyeksikan kredit tahun 2022 tumbuh sekitar 8%

"Namun, kami melihat beberapa nasabah di sektor-sektor tertentu seperti pariwisata, tekstil, konstruksi yang membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih," terangnya. 

Sejalan dengan tren restrukturisasi, indikator risiko atas kredit (LAR)  juga memperhitungkan restrukturisasi akibat Covid-19. Hingga September 2021, LAR BCA pada September 2021, tercatat menurun 140 bps secara yoy menjadi 17,1%.

Hingga saat ini, bank masih melakukan monitoring secara intens terkait perkembangan menuju pemulihan ekonomi. Ia mengapresiasi respon cepat regulator dalam merelaksasi kebijakan restrukturisasi untuk membantu perbankan dan nasabah melewati masa-masa sulit ini.  

"BCA senantiasa berada di sisi nasabah dalam menghadapi tantangan perekonomian ini, termasuk dengan merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi," tutupnya. 

Selanjutnya: Kemenaker terus sosialisasikan manfaat layanan tambahan JHT bagi pekerja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×