Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren restrukturisasi kredit mulai menurun seiring dengan pemulihan ekonomi nasional. Hingga data terakhir, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat restrukturisasi kredit sudah mencapai Rp 738,60 triliun.
"Ini sudah menurun secara bertahap (gradual), yang puncaknya pernah mencapai Rp 900 triliun," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) triwulan III-2021 pekan lalu.
Wimboh menyebutkan, porsi restrukturisari dari UMKM sebesar Rp 276,36 triliun yang terdiri dari 3,3 juta debitur. Sementara untuk korporasi, nilai restrukturisasi cukup besar yakni Rp 462,32 triliun dari 1,27 juta debitur.
"Ini adalah fakta - fakta bahwa memang sudah membaik, terutama didukung dengan fakta kredit 200 debitur besar yaitu korporasi besar juga sudah membaik," kata Wimboh.
Baca Juga: Kantongi laba Rp 19,2 triliun, begini kinerja Bank Mandiri sampai kuartal III
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), misalnya, mencatat penurunan restrukturisasi kredit menjadi Rp 90,1 triliun pada September 2021. Nilai itu turun Rp 6,4 triliun dari realisasi Juni 2021 yakni Rp 96,5 triliun.
Restrukturisasi itu disumbang oleh beberapa sektor. Mulai dari sektor jasa konstruksi infrastruktur Rp 21,1 triliun, hotel, restoran dan akomodasi Rp 7,0 triliun, jasa transportasi Rp 6,0 triliun, energi dan air Rp 6,0 triliun. Lalu perdagangan eceran makanan, minuman dan rokok Rp 4,8 triliun.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengungkapkan, penurunan tersebut seiring membaiknya perekonomian di sektor telekomunikasi, energi, air, infrastruktur, dan minyak kelapa sawit (CPO) sehingga memperbaiki kualitas aset bank.
"Penurunan ini disebabkan karena lunasnya kredit restrukturisasi, pembayaran, dan para debitur kami yang sudah recover dari krisis," ungkapnya.
Dengan realisasi itu, Bank Mandiri percaya penurunan restrukturisasi kembali berlanjut. Bank pelat merah ini akan menjaga nilai restrukturisasi kredit di angka Rp 80 triliun - Rp 85 triliun sampai akhir tahun.
Baca Juga: Sejumlah bank besar optimistis penyaluran kredit bisa tumbuh lebih tinggi di 2022