kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,73   -14,78   -1.58%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Multifinance catatkan peningkatan yang cukup signifikan dalam pembiayaan alat berat


Rabu, 10 Juli 2019 / 19:52 WIB
Multifinance catatkan peningkatan yang cukup signifikan dalam pembiayaan alat berat


Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pembiayaan atau multifinance catatkan peningkatan yang cukup signifikan untuk pembiayaan alat berat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga Mei 2019 pembiayaan alat berat berjumlah Rp 38,41 triliun. Jumlah tersebut meningkat 10,7% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 34,68 triliun.

Sementara, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W Budiawan menuturkan, peningkatan pembiayaan ini disebabkan oleh beberapa pemain utama multifinance untuk pembiayaan alat berat termasuk dump truck mengalami permintaan yang meningkat pesat.

Baca Juga: Agar dana investor asing di SBN tidak jadi ancaman, pemerintah perlu lakukan ini

“Peningkatan terjadi karena perusahaan tambang banyak melakukan refurbishment atas alat-alat mereka yang sudah tua, dan banyak dari mereka sudah lama tidak beli alat karena harga batu bara rendah. Tapi sejak akhir 2017 hingga tahun lalu order pembelian cukup banyak,” ujar Bambang kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7).

Menurut Ketua APPI Suwandi Wiratno, realisasi pembiayaan alat berat pada 2018 lalu sebesar 17 ribu unit. Pada 2019 diproyeksi jumlah tersebut akan naik menjadi 19 ribu unit.

"Pada tahun ini pembiayaan alat berat setidaknya akan terdongkrak sekitar 2,5% dengan adanya proses konstruksi dari proyek-proyek pemerintah," ujar Suwandi kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7).

Namun bisnis pembiayaan alat berat ini dinilai masih perlu memperhatikan sejumlah hal. Di antaranya adalah pergerakan harga komoditas batubara yang bisa mempengaruhi permintaan alat berat.

Baca Juga: Jadi jawara di paruh pertama, BNI bidik kredit sindikasi Rp 27 triliun di semester II

Corporate Secretary PT Buana Finance Tbk, Ted Suyani mengatakan, pembiayaan alat berat Buana Finance sebesar Rp 384 miliar, jumlah tersebut tumbuh 21% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 317 miliar.

"Tahun sebelumnya kita fokus melakukan perbaikan internal antara lain flow kerja dan SOP. Tahun 2019 kita fokus ke market," ujar Ted Suyani kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7).

Tahun ini, Buana Finance menargetkan total pembiayaan sebesar Rp 3,2 triliun, sebanyak Rp 1 triliun berkontribusi dari alat berat. Ted yakin, tahun ini targetnya akan tercapai karena targetnya dibandingkan dengan total market masih relatif kecil.

Sektor yang di fokuskan Buana Finance adalah sektor Konstruksi, Pertambangan, Perkebunan dan Kehutanan. "Untuk meminimalkan resiko kita prioritas di profil cust-nya. Cust yang sudah establish dan dengan prospek bisnis yang masih bagus," katanya.

Baca Juga: Jika tak ada subsidi pemerintah, BNI Multifinance: DP mobil listrik bisa lebih besar

Kondisi sebaliknya terjadi pada bisnis pembiayaan alat berat Mandiri Tunas Finance (MTF). Hingga Mei 2019 total pembiayaan alat berat hingga mei 2019 mencapai Rp 535 miliar, turun signifikan dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 1,2 triliun.

"Pembiayaan alat berat tergantung outlook industri/komoditas, Menunggu juga hasil pemilu juga, namun secara industri multifinance juga mengalami penurunan," ujar Direktur PT Mandiri Tunas Finance, Harjanto Tjitohardjojo kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7).

Menurut Harjanto, sesuai arahan dari pemegang saham untuk aturan portfolio MTF. Dimana alat berat di jaga di bawah 10% dari total pembiayaan MTF. Adapun secara year to date (ytd) Juni 2019 total pembiayaan MTF Rp 13,5 triliun. Sektor yang di fokuskan oleh MTF adalah sektor Infrastruktur dan Logistik.

Mandiri Tunas Finance lebih memprioritaskan pembiayaan alat berat kepada nasabah-nasabah dari Bank Mandiri. Dengan begitu, profil risiko dan nasabah pun dinilai bisa tergambar dengan lebih baik.

Baca Juga: Bisnis KPR di bank daerah masih belum optimal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×