Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance tampak semakin aktif menggalang dana dari pasar modal di sisa tahun ini.
Berdasarkan data PEFINDO, setidaknya ada lima perusahaan multifinance yang telah memberikan mandat pemeringkatan dan berencana menerbitkan surat utang senilai total Rp 9,10 triliun hingga akhir tahun 2025.
Fixed Income Analyst PEFINDO Ahmad Nasrudin menyampaikan, angka tersebut merupakan indikasi awal yang dapat terealisasi hingga akhir tahun 2025 ini.
“Selain itu, indikasi penerbitan juga bisa dilihat dari gap antara angka jatuh tempo dengan yang telah direalisasikan oleh industri multifinance," kata Nasrudin kepada Kontan, Selasa (5/8/2025).
Baca Juga: OJK Beri Sanksi pada 19 Multifinance, 3 Modal Ventura & 30 Fintech pada Juli 2025
Sejauh ini, industri multifinance telah menerbitkan surat utang senilai Rp 17,84 triliun hingga Juni 2025. Padahal, total surat utang yang jatuh tempo pada tahun ini mencapai Rp 30,60 triliun.
Artinya, masih terdapat gap sebesar Rp 12,76 triliun yang berpotensi direfinancing melalui penerbitan obligasi baru.
Adapun sepanjang Juli 2025, PEFINDO mencatat terdapat delapan perusahaan multifinance yang menerbitkan surat utang senilai total Rp 7,19 triliun. Di antaranya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk yang menerbitkan Rp 1,5 triliun.
Kemudian disusul oleh PT Surya Artha Nusantara Finance sebesar Rp 1,35 triliun, selanjutnya yakni PT Indomobil Finance Indonesia sebesar Rp 1 triliun, dan PT Astra Sedaya Finance sebesar Rp 1 triliun.
Dari sisi permintaan, Nasrudin bilang obligasi multifinance masih diminati oleh investor. Menurutnya, obligasi sektor ini tetap menarik karena menawarkan kupon kompetitif dan menjadi sarana diversifikasi portofolio.
“Manajer investasi yang biasanya membeli obligasi multifinance, mereka biasanya akan mengemasnya menjadi reksadana. Per Juni 2025, dari total outstanding obligasi multifinance, manajer investasi menjadi pemegang terbesar dengan nilai Rp 26,60 triliun," tuturnya.
Baca Juga: WOM Finance Bidik Pertumbuhan di Atas 10%, Andalkan Pembiayaan Multiguna dan MasKu
Angka ini lebih tinggi dibandingkan sektor perbankan yang memegang Rp 19,15 triliun, sektor asuransi sebesar Rp 14,83 triliun, dan dana pensiun sebesar Rp 5,54 triliun.
Kendati demikian, partisipasi investor ritel di segmen ini masih terbatas. Maklum, perdagangan yang over-the-counter membuat investor ritel masih sulit untuk membeli, tidak seperti obligasi pemerintah yang mana bisa diperjual-belikan dengan mudah melalui gawai.
Selanjutnya: Perbanas Sebut Bank Butuh Payung Hukum untuk Perangi Kejahatan Keuangan
Menarik Dibaca: Baru! Promo Burger King Ayam Goreng Nusantara, Paket 1 Ekor Ayam Komplit Cuma Segini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News