Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) telah menutup kuartal I/2025 dengan kinerja yang cukup signifikan. Sebab, laba bersih bank asal Malaysia ini tumbuh hingga 265,1% secara tahunan (YoY).
Pertumbuhan signifikan tersebut dikarenakan pada periode sama tahun sebelumnya, Maybank Indonesia mencatat rugi hingga Rp 227,9 miliar. Pada tiga bulan pertama 2025, bank ini membukukan laba Rp 376 miliar.
Perolehan laba bersih Maybank Indonesia ditopang oleh pendapatan bunga dari penempatan pada portofolio surat berharga, saldo rata-rata pembiayaan yang lebih baik, serta pendapatan fee-based yang meningkat pada periode tersebut.
Pendapatan bunga bersih (NII) naik 1,4% di tengah meningkatnya biaya bunga. Margin bunga bersih (NIM) terkoreksi secara YoY sebesar 20 basis poin menjadi sebesar 4,3%.
“Namun demikian, NIM pada Maret 2025 relatif stabil dibandingkan NIM pada Desember 2024 yang turun tipis sebesar 4 basis poin,” ujar Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, Rabu (30/4).
Baca Juga: Melesat 84,7%, Bank Raya Indonesia (AGRO) Bukukan Laba Rp 16,92 miliar
Pendapatan non-bunga (fee-based income) meningkat sebesar 54,3% menjadi Rp 571 miliar, ditopang oleh pendapatan biaya dari Global Market (GM) yang naik 309,5% menjadi Rp107 miliar. Pendapatan biaya dari layanan selain GM juga naik 10,2% menjadi Rp464 miliar, utamanya dari solusi wealth management dan asset recovery.
Di sisi lain, pencadangan juga menurun hingga 72,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya ketika Maybank Indonesia secara proaktif melakukan manajemen risiko kredit.
Adapun, total kredit yang disalurkan mencapai Rp 122 triliun, relatif sama dibandingkan pada Maret 2024. Steffano bilang pihaknya terus memperkuat fundamentalnya dengan fokus pada segmen utama untuk mendorong pertumbuhan.
Pembiayaan ritel dan non-ritel Community Financial Services (CFS) tumbuh 10,4% menjadi Rp83,78 triliun. Kredit CFS non-ritel naik 16,7% menjadi Rp37,24 triliun didukung pertumbuhan pembiayaan pada segmen komersial (Business Banking) sebesar 25,4%, dan segmen usaha kecil dan menengah (Small Medium Enterprise/SME+), serta segmen Retail SME (RSME) yang masing-masing tumbuh 14,2% dan 10,5%.
Sementara, pembiayaan CFS ritel mencatat pertumbuhan di seluruh segmen ritel sebesar 5,9% menjadi Rp46,54 triliun. Pembiayaan otomotif Anak Perusahaan meningkat 6,1% di tengah pasar otomotif yang melambat, sedangkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit ritel konsumer (kartu kredit dan KTA) masing-masing tumbuh 5,2% dan 7,9%.
Sejalan dengan strategi pertumbuhan yang diterapkan Bank, pembiayaan Global Banking untuk segmen Large Local Corporates (LLC) terus mencatat pertumbuhan yang solid sebesar 31,4%. Pembiayaan Global Banking mencatat penurunan sebesar 17,2% seiring dengan dilakukannya portfolio rebalancing.
Steffano menjelaskan dalam upaya untuk meningkatkan ketangguhan dan kemampuan menggapai peluang pertumbuhan lebih lanjut, secara proaktif pihaknya akan terus meninjau, serta melakukan rebalancing terhadap portofolio pembiayaan.
“Ini selaras dengan strategi super growth yang telah ditetapkan dan terus menjaga kualitas aset pada yang sehat,” ujarnya.
Sayangnya, Dana pihak ketiga (DPK) mengalami penurunan sebesar 4,9% menjadi Rp 111,50 triliun sehubungan dengan pengelolaan biaya dana yang ditempuh Bank. Giro tumbuh 6,3%, sedangkan Tabungan turun 5,2%. Meski demikian, CASA tercatat naik 1,6%. Rasio CASA juga meningkat menjadi 53,0% pada Maret 2025 dari 49,7% pada Maret 2024.
“Maybank Indonesia akan terus mengedepankan pendekatan consumer centric berfokus pada nasabah dalam setiap penyelenggaraan solusi dan layanan Bank sejalan dengan strategi M25+ Maybank Group,” tandasnya.
Baca Juga: Bank SMBC Indonesia Kenaiakan Laba Bersih 2% jadi Tp 634 miliar di Kuartal I 2025
Selanjutnya: Trump Klaim Dirinya Kandidat Sempurna Gantikan Mendiang Paus Fransiskus
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (1/5): Didominasi Cuaca Cerah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News