Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Di tengah ketidakpastian global dan volatilitas pasar keuangan, PT Bank DBS Indonesia tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan positif pada segmen nasabah high net worth (HNW) atau Treasures Private Client (TPC).
Head of Liabilities, Segmentation & Mortgage, Consumer Banking Group Bank DBS Indonesia Natalina Syabana menyampaikan bahwa jumlah nasabah HNW di Bank DBS Indonesia tumbuh sekitar 7% dibandingkan tahun lalu.
“Hingga saat ini, kami mencatat peningkatan jumlah nasabah HNW dibandingkan tahun lalu yakni sebesar 7%,” ungkap Natalina kepada Kontan.co.id, Jumat (12/9).
Baca Juga: Rekam Jejak Bank DBS Indonesia Ciptakan Dampak Sosial Bagi Masyarakat Rentan
Faktor Pendorong Pertumbuhan
Natalina menjelaskan, pertumbuhan ini disokong oleh sejumlah faktor utama. Pertama, kepercayaan nasabah terhadap reputasi Bank DBS Indonesia yang konsisten menjaga kinerja dan layanan.
Kedua, tersedianya solusi wealth management holistik yang berbasis advisory dan personalisasi kebutuhan. Ketiga, inovasi digital yang memudahkan nasabah mengakses layanan finansial secara cepat dan aman.
“Target dana kelolaan wealth management DBS Indonesia difokuskan pada pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan, sejalan dengan peningkatan jumlah nasabah TPC dan tingginya minat investasi,” tambah Natalina.
Baca Juga: Gandeng Mirae Sekuritas, Bank DBS Indonesia Luncurkan Fitur Online Onboarding RDN
Obligasi Jadi Primadona
Sejalan dengan kondisi pasar global yang bergejolak, Natalina mengungkapkan bahwa penempatan dana nasabah TPC saat ini masih didominasi oleh instrumen pendapatan tetap, khususnya obligasi pemerintah dalam berbagai mata uang.
Instrumen ini dinilai memberikan imbal hasil stabil serta volatilitas yang lebih terjaga dibandingkan aset berisiko tinggi.
Mengacu pada DBS CIO Insights Q2-2025, tren global masih ditandai oleh: pertumbuhan ekonomi yang melambat, fluktuasi tinggi di pasar keuangan, dan prospek pemangkasan suku bunga lanjutan oleh sejumlah bank sentral dunia.
Kondisi ini membuat investor prioritas cenderung mencari instrumen fixed income seperti obligasi IDR maupun USD, serta reksadana pendapatan tetap dengan fitur distribusi hasil investasi reguler.
Baca Juga: Riset DBS Rekomendasikan 3 Strategi Bagi Keberlanjutan Bisnis di Indonesia
Strategi Investasi Barbel
Natalina menambahkan, memasuki kuartal III-2025, DBS merekomendasikan strategi barbel bagi nasabah prioritas.
Strategi ini membagi portofolio antara obligasi berdurasi pendek 2–3 tahun untuk kebutuhan likuiditas, dan obligasi berdurasi panjang 7–10 tahun untuk mengejar potensi imbal hasil lebih tinggi.
“Memasuki periode 3Q25 strategi investasi barbel dapat menjadi alternatif di mana customer memiliki instrumen obligasi dengan durasi 2–3 tahun untuk likuiditas dan 7–10 tahun untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih menarik,” jelas Natalina.
Selanjutnya: Draft RUU P2SK Bikin Gaduh, DPR: Itu Masih Wacana Semua!
Menarik Dibaca: 5 Zodiak Paling Cemburuan pada Pasangan, Leo Tidak Suka Diabaikan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News