kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.910   20,00   0,13%
  • IDX 7.197   56,12   0,79%
  • KOMPAS100 1.107   11,64   1,06%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   0,95   0,43%
  • IDX30 449   6,34   1,43%
  • IDXHIDIV20 540   5,67   1,06%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 134   0,44   0,32%
  • IDXQ30 149   1,61   1,09%

Nasabah Tajir Tahan Dana di Instrumen Investasi, Ini Penyebabnya


Senin, 18 Desember 2023 / 05:00 WIB
Nasabah Tajir Tahan Dana di Instrumen Investasi, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung uang pecahan Rp100.000,- di salah satu bank di Jakarta,Rabu (5/10/2022). Nasabah Tajir Tahan Dana di Instrumen Investasi, Ini Penyebabnya.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Salah satu dampak era suku bunga tinggi adalah mendorong nasabah kaya dan nasabah korporasi untuk menaruh dananya di berbagai layanan produk investasi di perbankan, dan menahan diri untuk tidak melakukan ekspansi bisnis. 

Selain itu, mendekati masa pemilu, sejumlah ekonom dan pengamat perbankan menilai para pengusaha dan korporasi memilih untuk memarkirkan dananya di bank karena sedang menunggu hasil pemilu, apakah aman dan pro pengusaha atau tidak.

Sementara itu, para bankir juga menilai, menjelang masa pemilu, nasabah cenderung memilih produk investasi yang aman.

Sebelumnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan data per Oktober dimana simpanan nasabah dikisaran Rp 2 miliar sampai R p5 miliar tumbuh paling tinggi tumbuh 7,5% secara tahunan (YoY).

Baca Juga: Sejumlah Perbankan Asing Rampungkan Penjualan Bisnis Ritel di Akhir Tahun

Bahkan, pertumbuhannya hampir dua kali lipat dibandingkan dana pihak ketiga (DPK) yakni 3,4% YoY. Sementara simpanan nasabah di atas Rp 5 miliar mengalami pertumbuhan paling cepat secara bulanan, yakni 1,2% (MoM).

Di sisi lain, selain simpanan nasabah yang meningkat tersebut, perbankan juga mencatat tren positif pada kelolaan dana wealth management per November 2023.

Seperti yang dialami PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), hal ini terlihat dari total Asset Under Management (AUM) kelolaan Bank Mandiri Welath Management yang tumbuh mencapai hampir 20% YoY, atau sekitar Rp130 triliun hingga akhir November 2023. 

SVP Wealth Management Bank Mandiri, Sista Pravesthi, mengatakan, era suku bunga tinggi memberikan imbal hasil yang menarik untuk kelas aset pendapatan tetap, sehingga para investor akan cenderung berinvestasi di kelas aset ini yang tentunya berdampak positif terhadap dana kelolaan wealth.

"Tahun 2024 diharapkan siklus suku bunga global telah mencapai puncak dan akan cenderung menurun yang dapat berdampak positif terhadap aset kelas lainnya seperti ekuitas," kata dia kepada Kontan, Sabtu (16/12).

Baca Juga: Lebih Cepat, Transaksi Digital Tumbuh Melesat

Selain itu, Sista juga menyebut peningkatan dana kelolaan wealth menagament Bank Mandiri seiring dengan peningkatan jumlah investor dan kesadaran mereka terhadap produk-produk investasi.

Dia merinci, adapun nasabah Wealth Bank Mandiri cenderung menaruh dananya pada produk obligasi dan reksadana pasar uang. "Terlebih, menjelang tahun politik, nasabah cenderung memilih produk investasi yang aman dan tidak terlalu fluktuatif," terangnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×