kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45905,06   1,72   0.19%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

NPL menengah komersial masih tinggi


Selasa, 24 Juli 2018 / 10:00 WIB
NPL menengah komersial masih tinggi


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank terpaksa mengerem pembiayaan kredit ke segmen menengah komersial. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada segmen ini masih menjulang tinggi.

Mari kita jenguk Bank Mandiri, yang masih bergulat dengan peningkatan NPL kredit menengah korporasi. Kredit bermasalah ini bertengger di angka 10,55% di semester I-2018, atau lebih tinggi dibandingkan posisi 10,48% di kuartal pertama 2018.

Nilai pembiayaan bermasalah ini mencapai Rp 15,13 triliun. Akibatnya, bank BUMN ini mengalami penurunan kredit menengah korporasi 8,8% dengan nilai Rp 143,4 triliun di semester I-2018.

Bank BNI juga mengalami kenaikan rasio NPL di kredit menengah. Pada semester I-2018, NPL kredit menengah sebesar 2,7%. Syukurlah, pererlahan-lahan laju NPL kredit menengah kian lambat.

Ronny Venir, SEVP Bisnis Menengah BNI mengatakan, NPL kredit menengah telah mengalami perbaikan, tercermin dari posisi 3,1% di kuartal I-2018. "Penurunan NPL kredit menengah karena beberapa debitur menyelesaikan kewajiban kredit mereka," katanya, kepada KONTAN, Senin (23/7). Bank berkode saham BBNI ini juga berhasil melakukan restrukturisasi kredit sehingga status kredit kolektabilitas menjadi dua.

Selanjutnya, BBNI akan fokus pada penanganan NPL dan kredit kolektabilitas dua dengan membentuk tim khusus di masing-masing wilayah. Di samping itu, BBNI akan lebih selektif memberikan kredit agar kualitas kredit membaik.

Setali tiga uang, Bank Mayapada mencatat, rasio NPL komersial sebesar 2% di semester I-2018. Kredit bermasalah ini menyumbang 50% terhadap total kredit bermasalah Bank Mayapada.

Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada menyampaikan, besarnya kontribusi NPL kredit komersial ini, karena kondisi ekonomi yang belum membaik. Alhasil, beberapa debitur mengalami kemunduran usaha.

"Industrinya bervariasi mulai dari makanan dan minuman, kimia, perdagangan serta properti," kata Haryono. Bank berkode saham MAYA ini terus berkoodinasi dengan debitur untuk memastikan membayar bunga kredit. Secara keseluruhan, MAYA menargetkan NPL akan di bawah 3% hingga akhir 2018.

Lalu Bank CIMB Niaga dan Bank OCBC NISP berusaha menjaga risiko kredit komersial. Frans Alimhamzah, Direktur Bisnis Banking CIMB Niaga bilang, pihaknya berusaha memilih debitur yang baik untuk menjaga risiko kredit menengah komersial.

Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP menambahkan, untuk menjaga rasio NPL komersial, pihaknya ini terus menerapkan prinsip kehati-hatian. Tentunya, didukung oleh tata kelola dan manajemen risiko yang efektif dalam penyaluran kredit. OCBC NISP memproyeksikan NPL komersial sebesar 2% di akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×