Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan sampai Mei 2017 sektor tambang masih menjadi penyumbang kredit macet (non performing loan/NPL) terbesar industri perbankan. NPL tambang pada lima bulan pertama 2017 sebesar 7,72%.
Berdasarkan catatan KONTAN, NPL sektor tambang ini merupakan tertinggi dalam lima tahun terakhir atau sejak 2012. Kredit macet sektor tambang per Mei 2017 ini mengalami kenaikan cukup tinggi dibandingkan periode sama 2016 sebesar 4,84%.
“Secara industri, NPL perbankan per Mei 2017 sebesar 3,07%,” ujar Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kamis (13/7).
Beberapa bankir sudah menyiapkan beberapa strategi terkait penanganan NPL sektor pertambangan. Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan Bank Central Asia (BCA) mengaku sudah menyiapkan beberapa strategi manajemen risiko NPL tambang.
“Manajemen risiko dimulai saat pemberian kredit sehingga akan mudah dalam menangani NPL,” ujar Jan Hendra kepada KONTAN, Kamis (13/7).
Selain itu BCA juga akan terus melakukan monitoring terhadap pemberian pembiayaan disektor ini. Dengan naiknya harga komoditas diharapkan NPL sektor ini bisa mengalami penurunan.
Menurut Jan Hendra, bank berkode BBCA ini tidak langsung memberikan kredit ke sektor tambang. Namun sebagian besar ke industri pendukung dan turunan seperti kapal tongkang.
Jasman Ginting, Sekretaris Perusahaan Bank Panin mengatakan bank tidak banyak memberikan kredit ke sektor pertambangan. “Jumlahnya hanya sekitar 0,2% dari total kredit, sebagian besar masih di kolektabilitas 1 atau lancar,” ujar Jasman kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News