kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

OJK akan susun panduan keamanan siber di sektor perbankan


Selasa, 12 Oktober 2021 / 13:33 WIB
OJK akan susun panduan keamanan siber di sektor perbankan
ILUSTRASI. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari

Peningkatan transaksi online di e-commerce juga mendorong meningkatnya tindak kejahatan siber di sektor perbankan yang menjadi perhatian Kepolisian. Sepanjang tahun 2017 hingga 2020 tercatat ada 16.845 laporan tindak pidana penipuan siber yang masuk ke Direktorat Tindak Pidana Siber (Ditipidsiber) Polri.

Kasubnit 4 Subdit 2 Ditipidsiber Bareskrim Polri AKP Jeffrey Bram menyebut, modus kejahatan digital terus berkembang. Oleh karena itu, perbankan serta nasabah harus memahami dan mengenali apa saja bentuk penipuan digital yang marak terjadi untuk meminimalisir risiko kerugian bahkan menghindarinya.

Modus kejahatan siber yang terjadi di sektor perbankan meliputi hacking (peretasan), skimming (penyalinan informasi), defacing (penggantian atau modifikasi laman web), phishing (pengelabuan), BEC (business email compromise), dan social engineering (rekayasa sosial).

Business Email Comprise (BEC) juga dikenal sebagai Email Account Compromise (CEO) Fraud adalah penipuan yang menargetkan para manajer keuangan sebuah perusahaan untuk melakukan pembayaran transfer secara legal dengan menyamar sebagai petinggi perusahaan, rekan kerja, ataupun vendor.

Baca Juga: Jangan takut! Pinjol ilegal ancam sebarkan data kamu, begini cara melaporkannya

Berdasarkan laporan yang masuk, social engineering (rekayasa sosial) menjadi modus yang paling sering digunakan sepanjang tahun ini. Rekayasa sosial biasanya terjadi saat korban kurang waspada hingga terpedaya memberikan data-data pribadinya seperti PIN atau password sehingga pelaku kejahatan bisa mengakses akun dan mengambil alih dana nasabah di bank.

Menanggapi hal itu, GM Divisi Keamanan Informasi BNI Andri Medina menilai, adopsi teknologi yang semakin pesat harus diiringi ketanggapan bank dalam menghadapi tindak kejahatan siber yang makin canggih dan multidimensi.

“Disamping melakukan peningkatan aspek pengamanan teknologi terus menerus, kami juga melakukan edukasi dan sosialisasi security awareness kepada seluruh nasabah secara berkala melalui beragam fitur dalam aplikasi,” tuturnya.

Senada, VP Dept. Head CISO Office Group Bank Mandiri Yohannes Dedeo Frans mengatakan, Bank Mandiri melakukan strategi pengamanan empat Lapis dan tiga pilar eksekusi sebagai pedoman kerangka kerja keamanan siber di bank.

"Perusahaan juga melakukan serangkaian kegiatan “Awareness Program” bagi internal pegawai bank dan nasabah melalui berbagai kanal seperti media komunikasi perusahaan, pelatihan online, serta sosial media," tutupnya.

Selanjutnya: Jokowi tinjau groundbreaking pabrik smelter di Jawa Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×