kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

OJK Buka-Bukaan Mengungkap Penyebab Tingginya Margin Bank di Indonesia


Senin, 06 Maret 2023 / 11:25 WIB
OJK Buka-Bukaan Mengungkap Penyebab Tingginya Margin Bank di Indonesia
ILUSTRASI. Pelayanan?debitur kredit UMKM BRI.


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Margin bunga bank alias net interest margin (NIM) perbankan di Indonesia disebut-sebut tertinggi se-Asean. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa menyebut, margin bank di Indonesia tertinggi di dunia dan akhirat

Bahkan Presiden Joko Widodo ikut buka suara terkait tingginya NIM ini. Nah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akhirnya buka-bukaan terkait tingginya margin ini. Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara menjelaskan secara garis besar, pembentuk NIM adalah interest income dikurangi interest expenses dibagi total aset. 

"Margin bank di Indonesia tinggi, tapi biaya operasional juga tinggi," ujar Mirza, akhir pekan lalu. Untuk biaya operasi, ada berupa biaya cabang dan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Biaya operasional di luar provisi memakan porsi 3%-5%. Sebagai perbandingkan di Hong Kong, biaya operasional sekitar 1%. 

Baca Juga: Margin Industri Perbankan Tanah Air Semakin Menebal di Awal Tahun 2023

Sementara terkait biaya provisi atau pencadangan memang masih tinggi karena tingkal NPL perbankan di Indonesia antara 2,5% - 3%. Salah satu cara menekan biaya adalah dengan memanfaatkan informasi kredit dar Sistem Informasi Layanan Keuangan (SLIK) OJK ataui biro kredit. Denga begitu, sebelum mengucurkan kredit, bank bisa mengetahui profil risiko calon debitur. 

Dari sisi bunga, OJK mendorong semakin banyak bank yang mengucurkan kredit. Kredit korporasi rendah karena banyak bank yang bermain di segmen ini, di samping risiko juga rendah. Maka, jika segmen kredit pemilikan rumah (KPR) atau segmen kredit UMKM semakin banyak pemain, maka bunga kredit akan kompetitif dan turun. 

Baca Juga: NIM Perbankan Indonesia yang Masih Tinggi Jadi PR Bagi Gubernur BI Baru

Setelah menyoroti sisi biaya operasi yang tinggi, digitalisasi juga mendorong perbankan lebih efiisien. Ini juga turut mendongkrak NIM. Sekarang ini bank tidak lagi jor-joran bikin promo di televisi. Seperti Gebyar BCA atau acara bank lain. 

Adanya digitalisasi dana di bank datang dan pergi dengan sendirinya. Sebagai contoh dulu ketika ingin transasi harus tarik ATM. Sekarang uang hampir tidak pernah keluar dari sistem perbankan. Masyarakat tinggal memanfaatkan layanan digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×