Reporter: Adhitya Himawan, Dea Chadiza Syafina, Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sekali lagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengambil sikap. Setelah memasang batas maksimal bunga deposito (capping), OJK meminta bank mencantumkan rencana penurunan suku bunga kredit di rencana bisnis bank (RBB) tahun 2015.
Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK mengatakan, bank harus menurunkan suku bunga kredit pada awal tahun depan. Sebab, OJK sudah menghimbau perbankan untuk mulai menurunkan bunga kredit sejak tiga bulan lalu serta meminta bank mencantumkan rencana penurunan bunga kredit di RBB.
“Penurunan bunga kredit mulai dari 25 basis poin (bps),” ujar Irwan. Asumsi OJK, penurunan suku bunga kredit tidak bakal menggerek kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang dipicu perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) mengatakan, pihaknya mencantumkan rencana penurunan bunga kredit di RBB. BCA berencana memangkas bunga kredit sebesar 25 bps. “Bunga kredit yang turun seperti bunga kredit usaha kecil dan menengah (UKM), sedangkan korporasi sudah murah di level 10%,” ucap Jahja kepada KONTAN, Selasa (2/12).
Tapi, lanjut Jahja, penurunan bunga kredit bergantung likuiditas dan biaya dana tahun depan.
Belum tentu turun
Jika BCA masih tergantung kondisi pasar, bank lain justru tidak mencantumkan rencana penurunan bunga kredit. Alasannya, kondisi likuiditas dan ekonomi global tak menentu.
Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) bilang, rencana penurunan bunga kredit belum masuk RBB tahun 2015. "Asumsi penurunan bunga kredit pasti ada, tapi itu fluktuatif sehingga tidak kami masukkan di RBB. Apalagi, margin bunga bersih (NIM) bank terus turun," ujarnya.
Senada, Gatot M. Suwondo, Direktur Utama Bank BNI, mengaku, pihaknya tidak akan menurunkan bunga kredit karena rata-rata suku bunga kredit BNI sudah rendah. “Bunga kredit akan sulit turun karena bunga deposito sudah mulai naik, setelah kenaikan suku bunga acuan (BI rate) 25 bps," ujar Gatot.
Bank CIMB Niaga pun belum berencana menurunkan bunga kredit pada tahun depan. "Semua bergantung kondisi biaya dana kami," tandas Wan Razly Abdullah, Direktur Strategi dan Keuangan Bank CIMB Niaga.
Menurut Wan Razly, tren bunga kredit tahun depan tak bakal mendaki tinggi atau stabil. Sebab, aturan capping bunga deposito menahan gerak suku bunga kredit.
Direktur Ritel dan Konsumer BII, Lani Darmawan mengungkapkan, pihaknya hanya mencantumkan risk based pricing, target dan rasio terkait di RBB. Sedangkan, penurunan bunga kredit tergantung penurunan biaya dana. "Sebab pada akhirnya bank juga harus bisa mengelola NIM," kata Lani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News