kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OJK dan bankir sepakat kredit di 2021 akan lebih menggeliat


Minggu, 15 November 2020 / 18:44 WIB
OJK dan bankir sepakat kredit di 2021 akan lebih menggeliat
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di salah satu bank swasta di Jakarta, Rabu (1/4). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/01/04/2020.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau kondisi perekonomian masih melambat akibat pandemi Covid-19. Pertumbuhan kredit diramal sudah mengarah ke posisi positif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan memproyeksi pertumbuhan kredit pada tahun 2021 berpotensi tumbuh di kisaran 5%-6%, meski belum kembali ke level normal. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso pun mengatakan bahwa sinyal positif pertumbuhan kredit sudah mulai terlihat. Pada akhir tahun 2020 ini, kredit diproyeksikan masih berpeluang tumbuh sekitar 2%-3%. 

Kendati tipis, sejatinya posisi masih lebih baik ketimbang realisasi kredit di akhir September 2020 lalu yang tercatat hanya tumbuh sebesar 0,12% secara year on year (yoy). "Kami perkirakan (pertumbuhan kredit) 2021 belum akan normal betul, sekitar 5% atau 6%. Ini juga seiring PDB yang diproyeksi tumbuh 5%," ujar Wimboh belum lama ini.

Baca Juga: Soal restrukturisasi, OJK bakal tambahkan P2P lending sebagai objek POJK 14/2020

Beberapa bank pun sepakat kalau ruang peningkatan kredit masih terbuka. Hanya saja, untuk saat ini bank-bank memang masih fokus untuk menjaga kualitas kredit lebih dulu. 

Direktur Utama PT Bank Panin Tbk Herwidayatmo menyebut di situasi sulit seperti sekarang, kinerja bank pasti terkoreksi. "Yang penting bank harus survive dulu. Ada saatnya mendorong kredit, karena itu salah satu tugas utama bank," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (15/11). 

Adapun, merujuk pada laporan keuangan Bank Panin per September 2020 total kredit yang disalurkan baru mencapai Rp 124,75 triliun Realisasi tersebut tercatat melandai secara yoy sebesar 13,22%. Herwidayatmo menambahkan, pihaknya saat ini masih sangat selektif dalam menyalurkan kredit. Mengingat masih besarnya risiko non performing loan (NPL).  Sayangnya, Herwid tidak merinci berapa proyeksi kredit Bank Panin untuk tahun ini maupun tahun depan. 

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan tahun ini pihaknya meyakini pertumbuhan kredit masih bisa mencapai 4%-5%. Sekretaris Perusahaan Bank BRI Aestika Oryza Gunarto bahkan menyebutkan di tahun 2021, pertumbuhan kredit bisa lebih tinggi. 

Baca Juga: Mulai dicermati OJK, sebenarnya apa itu shadow banking?

Hal itu dikarenakan kondisi ekonomi saat ini sudah mulai pulih (recovery). "Apalagi jika nanti vaksinasi berhasil, maka ekonomi bisa terakselerasi kembali," terangnya. 

Bank nomor wahid di Indonesia ini juga mengatakan, kalau perlambatan kredit yang dialami industri perbankan saat ini lebih banyak disebabkan oleh menurunnya permintaan dari masyarakat. Oleh karena itu, fokus BRI saat ini adalah menyukseskan program stimulus yang digulirkan oleh pemerintah. 

"Saat ini fokus BRI untuk membantu penyaluran berbagai stimulus, dengan harapan apabila stimulus itu sudah sampai di masyarakat maka akan timbul demand, dan terhadap demand itu BRI akan melakukan bisnis (menyalurkan pinjaman)," imbuhnya.

Sebagai catatan, akhir kuartal III 2020 lalu Bank BRI mencetak kredit sebesar Rp 935,34 triliun atau meningkat sebanyak 4,9% secara yoy. Kredit tersebut mayoritas disumbang oleh segmen mikro yang naik 8,9% yoy menjadi Rp 328,8 triliun. 

Baca Juga: Bank Nobu siapkan strategi sinergi dengan Matahari Department Store (LPPF)

Setali tiga uang, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk Rudi As Aturridha mengatakan pihaknya memang masih meramal kredit tumbuh di low single digit. Sebab, permintaan kredit memang masih rendah. 

Namun, tahun depan pertumbuhan kredit Bank Mandiri dipastikan akan lebih tinggi. "Kami percaya berbagai stimulus dan inisiatif kebijakan pemerintah ke depan akan dapat melindungi ekonomi domestik, seperti upaya peningkatan demand dan konsumsi dalam negeri melalui penguatan daya beli masyarakat," kata Rudi. 

Untuk mendukung hal itu, Bank Mandiri telah menentukan sinergi pertumbuhan kredit yang selektif, seperti misalnya ke sektor-sektor yang tidak terdampak langsung pandemi Covid-19. Sehingga dapat ikut mendorong pemulihan perekonomian nasional, namun tetap dalam risiko yang terukur dan kualitas aset tetap terjaga. 

Sebagai informasi saja, pada akhir kuartal III 2020 lalu Bank Mandiri masih mampu mencatatkan kredit tumbuh 3,8% secara tahunan menjadi Rp 873,7 triliun. 

Selanjutnya: Langgar aturan, OJK bekukan Intensif Multi Finance

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×