kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

OJK menunda restu akuisisi bank lokal


Selasa, 08 Juli 2014 / 08:03 WIB
OJK menunda restu akuisisi bank lokal
ILUSTRASI. Promo Kartu Kredit TMRW dengan Diskon Produk Traveloka Hingga Rp 350.000


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Perbankan Tanah Air masih menjadi magnet kuat bagi pemodal asing. Namun, investor asing harus ekstra bersabar jika ingin mengantongi restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pasalnya, wasit baru perbankan ini ingin menegakkan prinsip kesetaraan alias resiprokal.

Kabar terbaru, OJK menolak permohonan RHB Bank Berhad mengakuisisi 40% saham Bank Mestika Dharma. Alasan OJK, belum ada titik temu antara OJK dengan Bank Sentral Malaysia (BNM) terkait asas resiprokal.

Nelson Tampubolon, Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan mengatakan, keputusan menolak proposal akuisisi RHB lantaran OJK ingin memiliki nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan BNM. Kebijakan OJK adalah menekan MoU dengan bank sentral negara lain sebagai dasar prinsip resiprokals.

"Dengan Malaysia, hingga saat ini OJK belum mempunyai MoU dengan BNM," kata Nelson kepada KONTAN, kemarin. Nelson menambahkan, sikap regulator negara lain yang memberikan kesempatan dan kemudahan bagi ekspansi bank Indonesia adalah salah satu pertimbangan penting bagi OJK dalam merestui proposal akuisisi bank lokal oleh pemodal asing.

Demi mendapatkan kesetaraan dari regulator bank negara lain, OJK juga berharap asas resiprokal bisa didapatkan bank asal Indonesia lewat Qualified ASEAN Bank (QAB). Ini adalah aturan main dari seluruh bank sentral di wilayah ASEAN.

Fokus QAB adalah pasar perbankan ASEAN terbuka atau memudahkan ekspansi bank peserta di ASEAN. Selain itu, OJK juga berharap pada kerjasama Asian Bank Integration Framework (ABIF) yang sudah mulai berlaku. Saat ini, OJK dan bank sentral negara-negara ASEAN masih menggodok poin-poin penting QAB. Awalnya, aturan QAB diresmikan April tahun ini. "QAB diharapkan dapat dirumuskan dengan bank dan fair," tambah Nelson.

Ada yang batal

Atas dasar resiprokal, saat ini OJK masih meggantung sejumlah agenda akuisisi. Misal, rencana China Construction Bank mengakusisi Bank Maspion. Ada juga agenda Shinhan Bank mengakuisisi Bank Metro Express dan Dubai Islamic Bank (lihat tabel).

Sejatinya, rencana akusisi Bank Maspion dan Metro Express telah berhembus sejak 2012 lalu. Nelson bilang, OJK belum memproses proposal akuisisi tersebut. "Saya akan cek, apakan mereka sudah mengajukan izin kembali ke OJK," ucapnya.

Namun, tidak semua bank rela menunggu. Edy Kuntardjo, Direktur Utama Bank Ina Perdana mengaku, pihaknya sudah tidak lagi memproses rencana Affin Bank mengakuisisi Bank Ina. Menurut dia, proses akuisisi sudah terputus sejak fungsi pengawasan perbankan beralih dari tangan Bank Indonesia (BI) ke OJK. "Sudah tidak ajukan izin akuisisi lagi," ujar Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×