Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku masih ada beberapa calon penyelenggara fintech peer to peer (P2P) lending yang mengajukan izin kepada regulator.
Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi bilang ada sekitar 20 entitas yang siap dan sedang menempuh proses perizinan di OJK.
Baca Juga: AFPI: Bakal ada 45 entitas fintech P2P lending baru yang mendaftar ke OJK
“Itu yang serius. Lainnya ada sekitar 100 tapi mereka tidak serius. Ketika ditanya siapa pemegang sahamnya, mereka tidak balik lagi. Saya tegaskan kalau mau masuk industri ini (P2P lending) harus jelas siapa pemegang saham, komisaris, dan direksinya,” ujar Hendrikus di Indonesia Fintech Summit and Expo 2019 pada Kamis (24/9).
Terkait pemberian tanda daftar, Hendrikus menyatakan lebih fokus pada seberapa besar dampak inklusi keuangan yang bisa diberikan oleh calon pemain. Dan tidak hanya soal jumlah entitas terdaftar.
Namun, ketika ditanyai mengenai potensi entitas fintech terdaftar dan berpeluang mendapatkan izin, Hendrikus belum banyak berkomentar.
“Tidak ada kendala mengenai proses perizinan. Kami selalu mendorong yang terbaik untuk Industri ini. Kami tidak ingin fintech Indonesia berakhir seperti China yang banyak berguguran. Kami ingin menjaga kesehatan fintech 100%,” papar Hendrikus.
Baca Juga: Masih ada fintech salahgunakan data nasabah, AFPI jatuhkan sanksi
Hingga saat ini sudah terdapat 127 entitas fintech P2P lending yang terdaftar di OJK. Dari jumlah tersebut, baru ada tujuh entitas yang mendapatkan izin dari regulator.
Hendrikus menyatakan fintech P2P lending hadir untuk menciptakan keadilan sosial bagi masyarkat yang masih unbanked and underseve.
Ia menilai kelompok ini kurang beruntung terkait pendanaan di jasa keuangan konvensional. Kebanyakan dari segmen ini berasal dari UMKM, nelayan, pertanian, pengrajin, dan peternak.
Baca Juga: Tanamduit incar kerja sama dengan insurtech lain untuk efektifkan proses klaim
“Ada sekitar 100 juta penduduk yang membutuhkan pendanaan sekitar US$ 70 miliar. Sedangkan fintech P2P lending yang sudah terdaftar ada 127, Mereka baru mampu melayani 15 juta penduduk,” jelas Hendrikus.
Ia melanjutkan, akumulasi pinjaman P2P lending baru sekitar US$ 3. Nilai ini masih jauh dari jurang pendanaan tadi. Guna meningkatkan jumlah penerima pinjaman ini, OJK masih akan membuka peluang bagi calon pemain baru P2P lending.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News